Pesantren

Kearifan Mbah Abdul Karim Mengatasi Santri Nakal

Rab, 4 September 2013 | 05:01 WIB

Di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, pernah ada salah seorang santri yang suka keluar malam. Ia selalu lolos dari pengawasan pengurus pondok. Anehnya, justru KH Abdul Karim mengetahuinya.<>

Lantas beliau menulis pada secarik kertas dengan tangannya sendiri, “Kula mboten remen santri ingkang remen miyos” (Saya tidak suka santri yang suka keluar). Tulisan tersebut kemudian beliau tempelkan di bawah bedug.

Secara kebetulan, santri yang biasa keluar pondok tanpa izin itu ternyata pada malam harinya memilih tidur di bawah bedug. Betapa kagetnya santri itu, ketika membaca sebuah tulisan persis di depan matanya. Dia sangat mengenali tulisan itu, yang menulisnya adalah Mbah Kiai Abdul Karim. Yang selama ini dianggapnya tidak mengetahui kelakuannya selama ini.

Setelah peristiwa menakjubkan pada malam itu, santri itu insaf. Dia tidak lagi keluar pondok pada malam hari.

Kita mungkin tidak sanggup meniru persis cara Mbah Abdul Karim. Tetapi kita bisa meneladani kebijaksanaan dan kearifan beliau. Murid atau anak yang nakal, mendidiknya tidak dilakukan dengan kekerasan dan pemaksaan.

Pemaksaan dalam kadar tertentu memang akan menghasilkan tindakan seperti yang diinginkan si pemaksa. Tetapi pada saat yang bersamaan ia memantik bara api yang akan menjadi sumber bencana di waktu yang akan datang.

Orang-orang yang terpaksa mengikuti dan melayani paksaan akan kehilangan rasa hormat kepada pemaksa. Seorang guru akan kehilangan kehormatan dari muridnya. Seorang bapak akan kehilangan bakti anaknya. Seorang suami akan kehilangan cinta istrinya.

 

M. Ahid Yasin

Dikutip dari buku “Petuah Bijak dan Kisah Inspiratif Ulama Salaf Nusantara”

 

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua