Pesantren

Pencak Silat Pagar Nusa Sebagai Ciri Khas Pesantren

Kam, 9 Januari 2014 | 05:05 WIB

Probolinggo, NU Online
Sejak didirikan oleh KH. Ahsan Bahrul Ulum tahun 1997 lalu, Pesantren Ainul Hasan di Desa Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur fokus menggembleng santrinya dengan ilmu agama dan juga ilmu umum. Namun, santri pesantren ini juga diberikan bekal ilmu bela diri.
<>
“Pesantren ini tetap pada khittahnya untuk terus melestarikan ilmu bela diri Pagar Nusa. Hal ini dikarenakan Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa ini merupakan cikal bakal berdirinya pesantren ini,” ujar pria yang akrab dipanggil Kiai Budi ini kepada NU Online, Rabu (8/1).

Sejak berdiri, Kiai Budi memang fokus menjadikan Pagar Nusa sebagai ciri khas dari pesantren ini. Pilihan ini bukan tanpa alasan. Selain seni dan olahraga, Pagar Nusa juga merupakan ilmu olah batin. “Melalui pagar nusa, mentalitas keagamaan santri terbentuk dengan baik,” ungkapnya.

Menurut Kiai Budi, Pagar Nusa di pesantren ini dibagi dalam dua kelompok. Yakni pencak silat dlohir (lahir) dan pencak silat batin. Pencak silat dlohir merupakan pencak silat yang diperoleh dengan melakukan latihan fisik dan digelar tiap Selasa malam.

Sementara pencak silat batin diwujudkan dalam olah batin yang didapatkan dari amalan atau wirid khusus dan dilakukan tiap Kamis malam. Latihan olah batin yang dijalani tiap santri hasilnya berbeda-beda. “Hasilnya tergantung dari kebersihan atau kesucian jiwa santri yang mengamalkan wirid,” jelas pria kelahiran 1970 ini.

Dengan mendalami olah batin dikatakan Kiai Budi, diharapkan selepas mondok keberadaan para santri bisa berguna bagi masyarakat. Seperti mengobati orang yang sakit, baik sakit secara medis maupun non-medis.

Tidak hanya itu jelas Kiai Budi, di luar pencak silat para santri yang menginjak dewasa dibekali keterampilan pertukangan dan pertanian. Tujuannya agar mereka mempunyai skill yang mumpuni ketika kembali ke masyarakat.

“Kami tidak membekali santri dengan teori saja. Melainkan juga dengan praktek langsung. Contohnya, rehab masjid dan pondok yang dilaksanakan sekarang ini, pekerjaannya dilakukan oleh mereka. Dan tidak satupun kami menggunakan tenaga kerja dari luar pesantren,” jelasnya. (Syamsul Akbar/Mahbib)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua