Perpisahan Santri ala Pesantren Futuhiyyah Mranggen
NU Online · Senin, 9 Juni 2014 | 22:18 WIB
Demak, NU Online
Bertempat di halaman pondok pesantren Futuhiyyah Suburan Mranggen Demak telah berlangsung haflah akhirus sanah (kegiatan akhir tahun) yaitu muwadaah (perpisahan). Kegiatan tersebut digelar khotmil Qur’an dan khotmil kutub, pada Sabtu malam Ahad (7/6).
<>
Setiap tahun kegiatan ini sudah menjadi kebiasaan dan tidak akan pernah ditinggalkan, bahkan sudah merupakan keharusan dan tradisi untuk menutup kegiatan pesantren setiap akhir tahun.
Kegiatan tersebut diawali dengan musabaqoh atau perlombaan yang bersifat khas pesantren atau hiburan semata sejak dua minggu sebelumnya. Sehari sebelum acara muwadaah pun diselenggarakan karnaval yang berlangsung sore hari yang menampilkan berbagai ragam kreativitas santri yang berlangsung cukup meriah.
“Acara Muwaddah ini memang kami gelar rutin setiap tahun sekali, namun dari tahun ke tahun acara ini kami buat semeriah mungkin agar masyarakat mengetahui sejauh mana kemajuan pesantren ini. Alhamdulilah semua bisa berlangsung lancar “, tutur Muhammad Solihan selaku ketua panitia penyelenggara.
Gema shalawat menjadi awal dibukanya acara muwadaah pada ba’da Maghrib dengan Khotmil Qur’an yang berlangsung khidmat saat dilantunkan prosesi wisuda kelas akhir. Terlebih, suasana berubah menjadi hening tatkala para santri peserta khotmil Qur’an melantunkan ayat-ayat suci.
Setelah acara khotmil Qur’an selesai, dilanjutkan khotmil kutub dengan agenda qiro’ah mandzumah yang meliputi nadzam Syifa’ul Janan, nadzam Imrithi dan nadzam Alfiyah oleh masing-masing kelas Madrasah Diniyah di hadapan para wali santri dan tamu undangan.
Salah seorang wali santri dalam sambutan mewakili wali santri lainnya menghaturkan syukur dan terima kasih atas bimbingan dan pengajaran dari pengasuh sehingga putra-putri mereka bisa khatam dan diwisuda malam ini.
“Dan saya mewakili wali santri tak lupa memohon maaf bila selama ini merepotkan pengasuh dan asatidz dalam membimbing anak-anak kami,” katanya
Romo KH. Hanif Muslih, selaku pengasuh mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua/wali santri yang telah mendukung program-program pengajian di pondok pesantren Futuhiyyah dan untuk selanjutnya dikembalikan pada orang tua/wali santri masing masing.
“Santri yang selama ini mondok dan ngaji itu ibarat pohon di dalam pot yang setiap hari selalu dipupuk dan disiram dengan rutin, yaitu dengan jamaah, mengaji, membaca aurod, tirakat, dan lain-lain. Maka, saya berharap agar orang tua santri tetap memupuknya dan menyiraminya saat di rumah masing-masing,” tutur beliau.
Romo KH. Hanif Muslih juga berharap agar para lulusan tetap melanjutkan belajarnya pada jenjang studi yang lebih tinggi.
“Mengutip apa yang selalu diajarkan oleh Mbah Muslih bahwa para santri diharapkan tetap belajar atau mengajar, karena dengan mengajar ilmu tidak semakin berkurang justeru malah semakin bertambah,” harapnya.
Dalam kesempatan mauidhoh yang disampaikan oleh KH. Harits Shodaqoh dari Semarang menekankan betapa pentingnya ilmu dan pendidikan pondok pesantren.“Manusia adalah musuh dari kebodohannya sendiri,” tutur KH. Harits mengawali mauidhoh.
Ia pun menjelaskan tentang keprihatinannya pada keadaan sekarang ini dimana semakin banyak orang yang tahu tapi justeru keadaan yang terjadi semakin tambah serba semrawut. Meraka tahu bahwa itu larangan tapi tetap dilakukan dan mereka pun tahu itu perintah tapi justeru meninggalkannya. Karena mereka dikalahkan oleh hawa nafsunya sendiri.
“Untuk itulah santri selama di pesantren diajarkan untuk riyadloh dan tirakat dalam rangka melatih untuk mengalahkan hawa nafsunya sendiri. Dan pesantren adalah miniatur masyarakat, hal-hal yang terjadi pesantren juga terjadi di masyarakat. Maka, dengan mempelajari apa-apa yang terjadi dipesantren dari tata cara bergaul maka santri santri nantinya akan terbiasa bergaul dengan masyarakat yang heterogen,” jelasnya.
Acara muwaddah kali ini tambah meriah dengan ditampilkannya kreativitas santri yaitu teater Fattah, menampilkan tema kritikan terhadap bangsa Indonesia yang cukup memikat bagi pemirsa. (Ben Zabidy/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
6
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua