Pesantren

Pesantren Mamba’us Sholihin Bintan Berdiri Berkat Semangat Alumni

Kam, 3 Agustus 2017 | 13:00 WIB

Berkat inisiatif dan semangat para alumni Pondok Pesantren Mamba’us Sholihin Gresik yang tinggal di Batam Bintan Kepulauan Riau, pada tahun 2013 dirintislah Pesantren Mamba’us Solihin Bintan. Saat itu ada sekitar 20 orang dari Himpunan Alumni Mamba’us Sholihin (HIMAM) yang punya keinginan kuat untuk mendirikan sebuah pondok pesantren.
 
Pondok Pesantren Mamba’us Sholihin Bintan terletak di Kampung Bugis, Tanjung Uban Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Menempati lahan seluas 3,5 hektar, lokasinya berada sekitar 1 kilometer dari pusat kota Tanjung Uban, Bintan Utara. Pondok Pesantren tersebut menjadi cabang ketujuh dari Pondok Pesantren Mamba’us Sholihin Pusat yang berada di Kota Gresik Jawa Timur yang diasuh oleh KH Masbuhin Faqih.

Memadukan beberapa aspek keilmuan, yaitu penguasaan bahasa asing (Bahasa Arab  dan Inggris), kutub at-turats (kajian kitab kuning), dan tartil Al-Qur’an, Pesantren Mamba’us Sholihin Bintan mempunyai motto Alim, Shalih dan Kafi.

Artinya adalah bahwa, santri-santri yang lulus dari pesantren diharapkan menjadi orang yang alim di bidang agama, taat beribadah, serta serba bisa di segala bidang untuk menjawab tuntutan perekembangan zaman.

Para pengasuh Pondok Pesantren Mamba’us Solihin Bintan percaya bahwa pesantren adalah benteng pembangunan akhlak dan pusat pendidikan karakter bangsa. Bagi pesantren, pembangunan akhlak santri di atas segala-galanya. Variabel terbesar keberhasilan pendidikan di pesantren adalah akhlak. Kerananya pola pembinaan selama 24 jam diterapkan di pesantren tersebut.

Dalam aktivitas sehari-hari, para santri dididik, dibimbing dan ditempa mulai dari bangun tidur untuk shalat tahajud, shalat shubuh dan dzikir berjamaah. Selain itu juga dilakukan kursus penguatan bahasa, shalat dhuha, sekolah formal, sekolah diniyyah dan mengaji dengan pengasuh pondok.

Berkiblat kepada pondok pesantren pusat sebagai pondok bahasa, di pondok pesantren ini para santriwan dan santriwati juga dibimbing serta diwajibkan untuk menggunakan Bahasa Arab dan Inggris  dalam percakapan sehari-hari.

Di bidang keahlian, santri-santri juga dibekali dengan keterampilan berpidato, kesenian hadhrah, kaligrafi, dan komputer.

Saat ini, Pondok Pesantren Mamba’us Sholihin Bintan diasuh oleh Kiai Ahmad Nukhan. Ponpes Mamba’us Sholihin membatasi hanya menerima santri setingkat SMP dan wajib tinggal di asrama (pondok). Tahun ajaran baru ini, terjadi peningkatan jumlah santri sekitar 200 persen dari tahun sebelumnya.

Sejak perkembangannya hingga saat ini, banyak para alim, shalih, juga habaib dari berbagai daerah di Indonesia bahkan luar negeri yang menginjakkan kaki di Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin. Kedatangan mereka untuk memberikan dukungan dan doa restu. 

Hal ini memperkuat terwujudnya harapan  bahwa Ponpes Mamba’us Sholihin Bintan menjadi berkah, benteng Islam ahlus sunnah wal jama'ah as-sufiyah al-maturidiyah annahdliyah di tanah Melayu dan daerah perbatasan. (Kendi Setiawan)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua