Warta

Gus Dur: Hubungan Pesantren dan Budaya Lokal Harus Dijaga

Sel, 14 September 2004 | 05:46 WIB

Tulungagung, NU Online
Hubungan antara Pondok Pesantren dengan masyarakat dan budaya setempat harus tetap terjaga untuk menjamin keberlangsungan Ponpes dan budaya lokal. Hal itu dikemukakan Gus Dur   di hadapan ribuan massa  di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hikmah Mlathen Kecamatan Kauman, Ahad (12/9) malam lalu. Ribuan warga nahdliyin  dari berbagai penjuru Kabupaten Tulungagung tumah  memadati semua sudut lokasi Ponpes asuhan KH. Mohammad Hadi Mahfud (Gus Hadi) tersebut.

Gus Dur tiba di komplek Ponpes Al-Hikmah sekitar pukul 20.30 WIB malam Senin. Didampingi asisten pribadinya, Mohammad Munib Huda, kedatangan cucu KH. Hasyim Asy’ari kali ini bukan untuk melakukan kegiatan politik, melainkan hanya memberikan ceramah agama pada acara tasyakuran haflah akhir tahun.

<>

Di hadapan para santri, wali santri dan ribuan warga NU, Gus Dur yang malam itu memakai kemeja batik perpaduan warna hitam dan cokelat, tetap tampil memukau dengan humor-humor segarnya. Dalam ceramahnya, Gus Dur lebih banyak menyinggung soal hubungan Ponpes dan kebudayaan daerah.

Menurutnya, antara Ponpes dan kebudayaan daerah memiliki kaitan yang cukup erat. Budaya daerah merupakan bagian penting dari kehidupan Ponpes. Dalam pengembangan pendidikannya, diupayakan agar Ponpes mampu menyerap budaya masyarakat setempat.

“Tugas Pondok Pesantren salah satunya adalah melestarikan budaya daerah. Begitu pula Pondok Pesantren bisa lestari karena mengikuti budaya setempat. Seperti di Tulungagung, saya mendapat kabar kalau batik asli di sini juga disebarkan melalui Pondok Pesantren,” tutur Gus Dur dengan logat Jawa yang kental.

Mantan Ketua Umum PBNU itu juga mengingatkan bahwa Ponpes sekarang ini menghadapi banyak tantangan. Antara lain, adanya perubahan pola pendidikan dari santri keliling menjadi pola pendidikan modern melalui pendirian berbagai lembaga pendidikan mulai Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) di lingkungan Ponpes.

Dulu, kata Gus Dur, dalam dunia pondok pesantren ada yang disebut kelompok santri pengembara, yang belajar dari Ponpes satu ke Ponpes lainnya. Tapi sekarang hal itu nampaknya sudah tidak dijumpai lagi, karena hampir seluruh materi pendidikan telah terwadahi dalam satu Ponpes saja. Akibatnya, banyak santri yang tidak mengenal Ponpes lain di luar Ponpes tempat belajarnya.

Pada sisi lain, tambah dia, perkembangan dunia yang begitu cepat saat ini mau tidak mau juga ikut mempengaruhi pola pikir dan perilaku para santri. Kalau kiai-nya tetap berpegang teguh pada akhlak atau moral yang baik, maka itu semua bisa diatasi.

Ceramah Gus Dur malam itu berlangsung gayeng dan santai. Dengan ciri khasnya yang selalu menyelipkan cerita-cerita kocak dalam berpidato, suami Ny Shinta Nuriyah itu membuat suasana menjadi rileks. Ribuan massa NU yang hadirpun seolah-olah ikut hanyut mengikuti kata demi kata yang dilontarkan Gus Dur, hingga berakhirnya acara sekitar pukul 22.30 WIB.(MA/do)