Puisi

Puisi-puisi Wahyu Noerhadi

Sab, 16 Juni 2018 | 20:00 WIB

Puisi-puisi Wahyu Noerhadi

ilustrasi: pinterest.co.uk

Selamat Jalan Ramadhan, Selamat Datang Lebaran
Oleh: Wahyu Noerhadi

Allohu akbar allohu akbar allohu akbar
Laa ilaaha illallahu allahu akbar
Allahu akbar walillahilhamd...

Kau senang bukan kepalang
Esok lebaran
Pakaian anyar
Banyak makanan
Kumpul kawan-kawan
Ngopi dan ngerokok sesuka hati lagi
Mau malam mau awan

Allahu akbar allohu akbar allohu akbar
Laa ilaaha illallahu allahu akbar
Allahu akbar walillahilhamd...

Kau sedih, matamu pedih
Puasamu hanya nahan lapar dan dahaga
Tarawihmu tak utuh
Tadarusmu tak sampai tigapuluh

Allahu akbar allohu akbar allohu akbar
Laa ilaaha illallahu allahu akbar
Allahu akbar walillahilhamd...

Kau berharap
Kau meminta maaf

1 Syawal 1439 H

Lebaran

Allohu akbar allohu akbar allohu akbar
Laa ilaaha illallahu allahu akbar
Allahu akbar walillahilhamd...

Takbiran berkumandang di masjid, surau
mushola atau langgar

Allohu akbar allohu akbar allohu akbar
Laa ilaaha illallahu allahu akbar
Allahu akbar walillahilhamd...

Menggema di dada

Dirasanya tak terasa
seperti baru kemarin berpuasa
Dipikirnya waktu begitu cepat berlalu
seperti baru kemarin Ramadhan tiba

Dan, kini bulan telah berada di atas kuburan

Bulan berganti bulan
Dan apa yang telah kau lelaki bakar
selama Ramadhan?
Laparmu, dahagamu, libidomu, hanya itu?
Bagaimana kabar pembakaran riyamu
ujubmu, takabburmu
hasad-hasudmu, fitnahmu
ingkarmu, dendam dan bencimu?
Apakah sudah jadi abu
ataukah api suci yang kau nyalakan
di Ramadhan itu tak mampu melahapnya?
Dan asap dari sampah yang tak habis
kau bakar itu hanya menyentuh matamu
bukan batinmu.

Matamu pedih
sebab puasamu hanya puasa mulut
dan tenggorokan
Mata dan telingamu
bibir dan hidungmu
pikiran dan hatimu
lengan dan jemarimu
bawah perut dan juga kakimu
apakah puasa?

Dada sesak, katamu, sebab tarawih dan tadarusmu
tak penuh hingga tiga puluh.
Tarawihmu kau pilah-pilih mana imam
yang cepat mana yang lambat;
mana yang 8 rakaat mana yang 20 rakaat.
Tadarusmu kau buru-buru
dicuri rencana-rencana kerja
di dalam kepala.
Tahajud terkantuk-kantuk.
Dan, sedekahmu
pun ditunda-tunda hingga THR tiba:

hingga kau lupa, malam lebaran datang

Allohu akbar allohu akbar allohu akbar
Laa ilaaha illallahu allahu akbar
Allahu akbar walillahilhamd...

Kau sedih
karena terlalu sibuk
hingga Ramadhan pergi begitu saja
dan Lebaran telah tiba

Kau mengucapkannya persis
seperti Ramadhan-Ramadhan yang dulu.

Kau berdoa
memohon agar kembali diperjumpakan
dengan Ramadhan depan
Kau memohon maaf seluas-luas
selebar-lebarnya kepada Ramadhan
kepada orang-orang yang juga berlebaran.

“Maafkan, seikhlas-ikhlasnya,”
pintamu semaunya
dan ke semuanya
entah kepada-Nya.

1 Syawal 1439

Terkait

Puisi Lainnya

Lihat Semua