Puisi MOH SALAPUDIN

Renungan Ramadhan

Ahad, 21 Juni 2015 | 04:30 WIB

Tentu saja Ramadhan bulan yang agung
Engkau sendiri menyebutnya dalam al-Qur'an 
Tapi bagi hambamu ini yang terlampau banyak melakukan maksiat
masih bisakah menggapai keagungan Ramadan?<>

Tentu saja Ramadan bulan yang penuh berkah
Ada yang memberi kabar: sepuluh hari pertama rahmat, sepuluh hari kedua ampunan, sepuluh hari terakhir dijauhkan dari api neraka
Tapi bagi hambamu ini yang semangat beribadahnya hanya di awal-awal
Mampukah merengkuh keberkahan Ramadhan?

Bahwasanya hamba menyambut Ramadhan dengan gembira
Seperti kebanyakan orang, memang iya
Tapi apakah kegembiraan hamba didasari kesadaran dan semangat perbaikan
Bukan karena euforia duniawi seperti ketika anak kecil menyaksikan petasan
Ini yang perlu ditanyakan. Hamba sendiri bingung menjawabnya.

Jujur Tuhan, Ramadhan tahun ini hamba tidak berharap banyak, dan tentu saja tak pantas berharap banyak
Orang-orang bilang Ramadhan bulan yang suci, hamba sendiri diliputi hal-hal kotor
Orang-orang bilang Ramadhan bulan yang mulia, hamba sendiri masih terlalu hina dan sering berbuat dosa.
Tuhan, hamba takut Ramadhan seperti yang sudah-sudah
Menjadi sekadar ritual tahunan, yang tidak berdampak pada perbaikan. 

Semarang, 18 Juni 2015

Gadis Pesantren

Sore tadi aku berpapasan dengan gadis pesantren
Wajahnya menunduk menjaga pandangan
Dikenakannya kerudung abuabu
berpadu dengan rok panjang yang juga abuabu, dengan baju panjang bermotif bungabunga. 
Cantik sekali, batinku.

Ia mendekap sesuatu yang kuduga kitab
Berjalannya lamban sekali seperti sangat hati-hati. 
Siapa dia gerangan? Belum sempat dapat jawaban
Ia sudah lenyap dilipat tikungan.

Semarang, 19 Juni 2015
 

Imam Tarawih

Karena suaranya bagus dan bacaan al-Qurannya baik
Ustad Hafid ditunjuk jadi imam tarawih
Ia membaca sangat tartil, tapi ditinggal jama’ahnya.

Semarang, 20 Juni 2015


Moh Salapudin, Mahasantri UIN Walisongo Semarang, alumni Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Demak. Menggemari sastra setelah membaca cerpen-cerpen Seno Gumira Ajidarma dan Agus Noor.

Terkait

Puisi Lainnya

Lihat Semua