M Ryan Romadhon
Kolomnis
Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim menempati posisi yang sangat agung di kalangan umat Islam dan para ulama. Hal tersebut dikarenakan keduanya memiliki keutamaan yang luhur dan kedudukan yang tinggi. Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim mendapatkan porsi bahasan yang cukup luas dalam kitab-kitab sejarah, hadits, fadha'il (keutamaan) dan kitab-kitab lainnya.
Sementara itu, karya yang khusus membahas Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim, sebenarnya juga telah dituliskan oleh para ulama kita terdahulu, baik yang berkaitan dengan ibadah (manasik) maupun yang berkaitan dengan tempat suci tersebut. Ada orang yang mengetahui karya-karya itu, tetapi tidak jarang pula yang tidak mengetahuinya. Sayangnya, karya-karya itu banyak sekali yang hilang sehingga tidak sampai kepada kita.
Berikut penulis kutipkan beberapa karya ulama, baik yang sudah dicetak maupun masih dalam bentuk manuskrip, yang khusus membicarakan tentang Hajar Aswad ataupun Maqam Ibrahim dari buku Sejarah Hajar Aswad & Maqam Ibrahim karya Prof. Dr. Said Muhammad Bakdasy:
1. Al-‘Alamul Mufrad fi Fadhlil Hajaril Aswad
Kitab tersebut ditulis oleh Imam bin 'Allan Muhammad Ali bin Muhammad ash-Shiddiqi al-Makki (w. 1057 H/1647 M). Menurut Al-Muhibbi dalam kitabnya, Khulashatul Atsar (4/187) beliau menemukan salinan manuskrip kitab tersebut di Perpustakaan Mahmudiyah di Madinah dengan kode 1645. Manuskrip tersebut berada di tengah kumpulan tulisan-tulisan Ibnu 'Allan. Kitab tersebut terdiri dari 35 lembar dengan ukuran sedang. Dalam kitabnya, at-Tarikh al-Qawîm li Makkah wa Baitillah al-Karim, Syekh Muhammad al-Kurdi banyak sekali menukil dari karya Ibnu ‘Allan ini.
Baca Juga
Kisah Peletakan Hajar Aswad
Empat lembar terakhir dari kitab ini telah dicetak oleh Syekh Muhammad Majid al-Kurdi di percetakannya al-Majidiyah yang terletak di Makkah pada tahun 1331 H/1913 M. Lembaran tersebut kini terdapat di dalam kumpulan buku-buku yang dicetaknya di Perpustakaan al-Haram an-Nabawi. Tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai alasan mengapa yang dicetak hanya sebagian kecil dari kitab tersebut, tidak satu manuskrip secara utuh.
2. Risalah fil Kalam 'ala al-Hajar al-Aswad.
Risalah ini ditulis oleh Syekh Ahmad bin Ahmad al-Farqawi al- Fayyumi al-Azhari al-Maliki (w. 1101 H/1690 M). Risalah tersebut berukuran cukup kecil, hanya tertulis dalam lima lembar saja. Selain itu, dalam manuskrip tersebut terdapat banyak komentar-komentar tambahan, padahal ukurannya sangat kecil. Salinan manuskripnya dapat ditemukan di Perpustakaan al-Haram al-Makki bernomor 3493.
3. Risalah Maqamiyyah Makkiyah fil Fadhlil Maqâm
Nama tersebut terdapat dalam lembaran pertama manuskripnya. Penulis Kashfu Dzunnun (1/483) menyebutnya dengan nama Tamkinul Maqam fil Masjidil Haram. Tulisan tersebut membahas secara luas keutamaan Maqam Ibrahim. Risalah tersebut ditulis oleh Syekh Ali Dadah bin Musthafa al-Busnawi (w. 1007 H/1599 M). la menulis risalah tersebut ketika menangani proyek renovasi Maqam Ibrahim atas perintah Sultan Murad Khan pada tahun 1001 Н.
Risalah tersebut terdiri atas 47 lembar. Setiap halamannya terdapat 21 baris, disertai banyak sisipan-sisipan di dalamnya. Di antaranya, sebagai contoh, dia memasukkan kitab lain yang dia tulis, yaitu al-Awa'il yang terdiri dari 23 lembar, ke dalam risalah tersebut. Sisipan ini dimulai dari halaman 15 sampai 38 dari risalah tersebut. Salinan manuskripnya terdapat di Perpustakaan Ahmad Arif Hikmat di Madinah.
4. Maqâm Ibrahim 'ala Nabiyyina wa 'alaihi ash-Shalatu was Salam Hal Yajûzu ta'khiruhu 'an Maudhi'ihi 'indal Hajah li Tausi'il Mathâf
Ditulis oleh Abdurrahman bin Yahya al-Mua'llimi al-Yamani (w. 1386 H/1966 M). Dalam risalahnya ini, ia menjelaskan bolehnya memindahkan Maqam Ibrahim dan menggesernya dari tempatnya semula untuk alasan tertentu. Pendapatnya disepakati oleh Syekh Muhammad bin Ibrahim Alu Syekh, mantan Mufti Kerajaan Arab Saudi (w. 1389 H/1969 M). la banyak memuji risalah tersebut. Karya itu dicetak oleh Muhammad Hamid al-Fiqqi di percetakan as-Sunnah al-Muhammadiyah pada tahun 1378 H/1959 M setebal 63 halaman berukuran sedang.
5. Naqdhul Mabâni min Fatwal Yamânî, wa Tahqiqul Maram fi Ma Ta’allaqa bil Maqam
Ditulis oleh Syekh Sulaiman bin Abdurrahman bin Hamdan, seorang hakim (qadhi) di Riyadh, Makkah dan kota lainnya (w. 1402 H/1982 M atau 1403 H/1983 M). Kitab tersebut adalah bantahan atas karya al-Mu'allimi di atas.
la berpandangan bahwa posisi Maqam Ibrahim adalah perkara tauqifi (sudah menjadi ketentuan Allah dan Rasul-Nya) dan tidak boleh dipindahkan lagi dari posisi semula. Ibnu Hamdan sangat menolak pemindahan atau bantahan penggeseran Maqam Ibrahim. Namun demikian, ia tetap mengedepankan bantahan ilmiah terhadap pendapat al-Mua'llimi. Kitab tersebut dicetak di percetakan al-Madani pada tahun 1383 H/1964 M dengan tebal 189 halaman.
6. Nashihâtul Ikhwân bì Bayâni Ba'dhi må fi Naqdhil Mabâni li Ibni Hamdan minal Khabth wal Khalth wal Jahl wal Buhtân
Ditulis oleh Muhammad bin Ibrahim Alu Syekh, mantan mufti Kerajaan Arab Saudi (w. 1389 H/1969 M). Kitab ini ditulis untuk menolak pendapat Ibnu Hamdan, sebagaimana dapat diketahui secara jelas pada judul kitabnya ini. Penulis membolehkan pemindahan Maqam Ibrahim dari posisinya jika ada kebutuhan yang mendesaknya. Kitab ini dicetak di Dar al-Tsaqafah di Makkah, yang masuk ke dalam beberapa cetakan Dar al-Ifta. Halamannya mencapai 93 dengan ukuran sedang.
7. Al-Jawabul Mustaqim fi Jawazi Naqlil Maqâm Ibrâhîm.
Ditulis oleh Syekh Muhammad bin Ibrahim Alu Syekh setebal 49 halaman. Risalah ini ditambahkan ke dalam risalah sebelumnya yang menolak pendapat Ibnu Hamdan. Dalam Risalah ini, Ibrahim Alu Syekh mengkhususkan untuk menjelaskan dalil-dalil bolehnya memindahkan Maqam Ibrahim jika terdapat kebutuhan yang mendesak
8. Tahqiqul Maqal fi Jawazi Tahwilil Maqam
Ditulis oleh Syekh Abdullah bin Zaid Alu Mahmud, mantan ketua Mahkamah Syar'iyyah di Doha, Qatar. Kitab ini juga ditulis untuk menolak pendapat Ibnu Hamdan dalam Naqdhul Mabani-nya. Penulisnya berpendapat bahwa memindahkan Maqam diperbolehkan jika memang dibutuhkan sebagaimana jelas terlihat dalam judul kitab. Kitab tersebut dicetak di Mathabi' al-Arubah di Doha tanpa tanggal setebal 125 halaman dan berukuran sedang.
9. Sabilus Salam fi lbqa'il Maqam
Kitab ini ditulis oleh Syekh Ibrahim Nayas al-Kawalkhi. Di dalamnya, beliau menuliskan argumen-argumen yang mengharuskan menempatkan Maqam Ibrahim pada tempat asalnya.
10. Maqam Ibrahim 'alaihi as-Salam wa Nubdzah 'an Tarjamah Ibrahim al-Khalil wa Tarikhul Ka'bah al-Musyarrafah wal Masjidil Haram wa Fadhlul Makkah al-Mukarramah.
Ditulis oleh Syekh Muhammad Thahir al-Kurdi al-Makki (w. 1400 H/1980 M). Edisi pertama dicetak pada tahun 1368 H/1949 M di percetakan Mustafa al-Bab al- Halabi di Kairo setebal 163 halaman.
Dilihat dari judulnya, kitab tersebut mencakup beberapa tema pembahasan. Tema-tema tersebut memakan sebagian besar penulisan kitab ini. Sementara itu, bahasan mengenai Maqam Ibrahim sangat sedikit. Halaman yang khusus membahas Maqam Ibrahim hanya berkisar 20 halaman, padahal judul utama kitabnya adalah Maqam Ibrahim. Meskipun demikian, hal tersebut disadari oleh penulisnya dan dia meminta maaf di bagian akhir dari kitabnya. (Prof. Dr. Said Muhammad Bakdasy, Sejarah Hajar Aswad & Maqam Ibrahim, [Jakarta Selatan, Turos Pustaka: 2018], hal. xxvii-xxxiii)
Demikianlah judul-judul kitab yang yang mengulas Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada para ulama kita, membalas ilmu mereka dengan sebaik-baik balasan, baik yang terdahulu maupun yang akan datang. Amin.
M. Ryan Romadhon, Alumnus Ma’had Aly Al-Iman Bulus Purworejo
Terpopuler
1
Kronologi Penembakan terhadap Guru Madin di Jepara Versi Korban
2
Prof Kamaruddin Amin Terpilih sebagai Ketua Umum PP ISNU 2024-2029
3
Silampari: Gerbang Harapan dan Gotong Royong di Musi Rawas
4
Inti Ajaran Islam, Tasawuf Jadi Pelita Masyarakat menuju Makrifat
5
Ketua PBNU Ingatkan Kader NU Harus Miliki 4 Karakter Berikut
6
Khutbah Nikah: Menjaga Kehormatan dalam Ikatan Pernikahan
Terkini
Lihat Semua