Pustaka

Pentingnya Belajar Ilmu Tauhid

Sen, 9 Februari 2009 | 23:00 WIB

Judul: Aqidah Ahlusunnah Waljamaah; Terjemah & Syarh Aqidah al-Awam
Penulis: KH Muhyidin Abdushomad
Pengantar: KH Agoes Ali Ali Masyhuri
Penerbit: Khalista, Surabaya
Cetakan: I, Januari 2009
Tebal: 72 halaman
Peresensi: Noviana Herliyanti

Beberapa hari lalu, Islamic Center, Cirebon, Jawa Barat, memberikan sebuah pernyataan bahwa acara peringatan Haul Sayyidina Husein atau peringatan hari wafatnya Cucu Nabi Muhammad telah bertentangan dengan akidah umat Islam. Padahal, tradisi seperti ini, telah menjadi bagian amaliah umat Islam Indonesia khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU). Tahlil, istighosah, haul (peringatan wafat), pembacaan Maulid diba’ dan barzanji merupakan hal yang dianjurkan ulama Ahlussunnah wal Jamaah. Karena amaliah ini, telah mengandung nilai-nilai kebaikan guna untuk mendekatkan diri pada Allah dan menanamkan nilai-nilai kecintaan kepada Nabi Muhammad.<>

Buku berjudul Aqidah Ahlussunnah Waljamaah, Terjemah dan Syarh Aqidatul Awam ini, juga merupakan jawaban tak langsung yang terus dipertanyakan orang-orang yang selalu ingin merusak keyakinan amaliah warga NU. Dari sinilah besarnya mamfaat belajar ilmu tauhid untuk membentengi diri, dari segala sesuatu, baik berupa gerakan maupun ajaran baru yang hanya bertujuan merusak ajaran-ajaran yang telah diwariskan Nabi Muhammad.

Sungguh luar biasa. Kiai Muhyidin Abdusshomad, adalah kiai yang paling produktif menulis khususnya di kalangan warga NU. Selain menulis buku, ia juga menulis di beberapa media, baik lokal maupun nasional. Orangnya sederhana, gaya tulisannya mengalir, mudah dipahami, khususnya masyarakat awam yang tinggal di pedesaan. Selain sebagai penulis buku, ia juga sebagai pengasuh pesantren Nurul Islam, Jember, dan saat ini juga sebagai Ketua Pengurus Cabang NU Jember. Walaupun tak bermodal gelar kesarjanaan dari berbagai universitas, tapi tak pernah membuatnya berhenti untuk terus menghasilkan buku-buku NU, sebagai sumbangsih untuk melestarikan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Kehidupan Kiai Muhyidin tak pernah lepas dari pengabdian untuk masyarakat, pesantren dan NU baik melalui tulisan maupun ceramah.

Adapun beberapa karyanya yang saat ini sudah terbit seperti, Fiqih Tradisonalis; Jawaban Pelbagai Persoalan Keagamaan Sehari-hari, Tahlil Dalam Persfektif Al-Quran dan As-Sunnah (Kajian Kitab Kuning), Penuntun Qolbu Kiat Meraih Kecerdasan Spiritual, Etika Bergaul di tengah Gelombang Perubahan (Kajian Kitab Kuning), Hujjah NU; Akidah Amaliah Tradisi. Dan yang baru terbit ini adalah, Aqidah Ahlussunnah Waljamaah (Terjemah dan Syarh Aqidah al-Awam).

Aqidatul Awam merupakan salah satu kitab yang diajarkan di setiap pondok pesantren, baik pesantren kecil maupun pesantren yang sudah besar. Materinya berbentuk syair atau nazham yang dikarang Sayyid al-Marzuqi. Bait-bait syairnya senantiasa dilantunkan kalangan santri untuk dijadikan zikir, baik menjelang terlaksananya salat berjamaah maupun memulai sebuah pengajian kitab itu sendiri. Untuk mempermudah memahami, baik kalangan santri maupun ustaz, Kiai Muhyidin Abdusshomad berupaya menerjemahkan dan menjelaskan secara rinci yang sebagian dikutip dari berbagai kitab ke dalam bahasa Indonesia.

Buku ini adalah sebuah kitab kecil yang berisikan pokok-pokok keyakinan ajaran Islam yang dijadikan sebagai pijakan bagi kaum nahdliyin. Di dalamnya menjelaskan tentang ilmu tauhid dan dasar-dasarnya. Ilmu tauhid ini menjelaskan tentang keesaan Allah dan pembuktiannya. Juga buku ini menjelaskan sifat-sifat Allah, atau yang disebut aqoid lima puluh.

Aqoid lima puluh itu terdiri dari, 20 sifat yang wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, 1 sifat jaiz bagi Allah, serta 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi rasul dan 1 sifat jaiz bagi rasul. Semua merupakan isi dari ajaran yang terangkum dalam Aqidatul Awam.

Kewajiban mengetahui 50 keyakinan tersebut diperuntukkan, baik bagi laki-laki maupun perempuan yang telah mukallaf. Kewajiban mengetahui 50 kayakinan tersebut tak hanya untuk diketahui tapi juga dimengerti, sehingga umat Islam bisa mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat, yang hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan benar.

Lewat buku yang cukup praktis inilah, Kiai Muhyidin mampu menjawab segala permasalahan-permasalahan yang selalu ingin merubah tradisi atau amaliah yang selama ini dilakukan umat Islam, khususnya warga nahdliyin. Kehadiran buku ini juga sebagai penguat dari buku-buku sebelumnya. Bahasanya mudah, bisa dibaca kalangan mana pun, terutama bagi pembaca yang ingin memahami ilmu tauhid.

Perensi adalah Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur