Sirah Nabawiyah

Abdullah bin Salam, Pendeta Yahudi yang Masuk Islam

Ahad, 30 Desember 2018 | 02:30 WIB

Nama aslinya Al-Husain bin Salam, namun Rasulullah mengganti namanya dengan Abdullah bin Salam setelah dia masuk Islam. Dia adalah seorang rahib atau pendeta Yahudi dari Bani Qainuqa'. Cucu dari Yusuf bin Ya’qub as. Orang yang paling tahu di antara Yahudi lainnya tentang ajaran-ajaran Taurat. Dan seorang pemimpin Yahudi. Oleh karenanya, Abdullah bin Salam sangat dihormati dan dihargai di kalangan Yahudi. 

Abdullah bin Salam selalu berdoa kepada Tuhan agar umurnya dipanjangkan  sehingga bisa bertemu dengan seorang nabi baru. Maka ketika ada kabar bahwa Rasulullah hendak ke Madinah, dia sangat gembira dan menanti kedatangannya. Tidak lain, Abdullah bin Salam ingin  memastikan apakah ciri-ciri dan karakteristik dari orang dikabarkan sebagai nabi dan utusan Allah itu sesuai dengan yang disebutkan di Taurat. 

Akhirnya hari itu tiba, Rasulullah dan rombongan umat Islam sampai di Madinah setelah melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan. Abdullah bin Salam nyempil di antara penduduk Madinah lainnya. Ia perhatikan seksama wajah, gerak-gerik, sikap, dan gaya Rasulullah. Setelah mengamati wajahnya, Abdullah bin Salam melihat bahwa Rasulullah bukan lah seorang pembohong. Tidak ada ‘gurat kebohongan’ di wajah Rasulullah.   

Namun demikian, keyakinan Abdullah bin Salam bahwa Rasulullah adalah seorang nabi dan rasul baru belum seratus persen. Ia kemudian mengajukan empat ‘pertanyaan langit’ kepada Rasulullah untuk menguji kebenarannya: Apa tanda pertama hari kiamat? Apa menu makanan yang pertama kali dinikmati penghuni surga? Mengapa seorang anak mirip dengan bapaknya? Dan mengapa seorang anak mirip dengan ibunya? Dan apakah warna hitam yang terdapat di bulan?

Rasulullah diam sejenak. Sejenak setelah mendapatkan wahyu dari Jibril, Rasulullah langsung menjawab: tanda pertama hari kiamat adalah adanya api yang menggiring manusia dari timur ke barat, makanan pertama yang dinikmati penghuni surga adalah cuping hati ikan, seorang anak akan mirip bapaknya jika bapaknya yang mencapai orgasme dulu pada saat berhubungan badan dan begitu juga sebaliknya, dan warna hitam yang ada di bulan adalah dua matahari.  

“Maka adapun hitam yang kamu (Abdullah bin Salam) lihat, ia adalah penghapusan,” kata Rasulullah, merujuk buku Rasulullah Teladan untuk Semesta Alam (Raghib As-Sirjani, 2011).

Usai mendengar jawaban Rasulullah itu, Abdullah bin Salam langsung mengikrarkan dirinya untuk masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Keyakinannya kepada Rasulullah begitu penuh setelah pertanyaan-pertanyaannya itu dijawab Rasulullah. 

Abdullah bin Salam juga mengajak keluarganya untuk masuk Islam. Keluarganya dengan senang hati dan rela akhirnya masuk Islam. Jadilah mereka sekeluarga menjadi keluarga Yahudi yang memeluk Islam .

Yahudi berbalik mendustakan Abdullah bin Salam

Sesaat mengucapkan dua kalimat syahadat, Abdullah bin Salam dan keluarganya menyembunyikan keislamanannya dari orang-orang Yahudi. Abdullah bin Salam sadar bahwa umatnya adalah pendusta, pembohong, dan pengkhianat. Jika mereka tahu Abdullah bin Salam masuk Islam maka mereka tidak segan-segan akan mendustakan dan menjelek-jeleknannya. 

Abdullah bin Salam tak ingin lama-lama menyembunyikan keislamannya. Ia minta agar dimasukkan ke dalam rumah Rasulullah.  Sementara Rasulullah mengutus sahabatnya untuk mengundang orang-orang  Yahudi datang ke rumahnya. 
Rasulullah bertanya kepada orang-orang Yahudi tersebut perihal Abdullah bin Salam. Mereka menjawab bahwa Abdullah bin Salam adalah orang yang paling baik, pemimpin mereka, dan orang yang paling tahu di antara mereka. 

“Bagaimana jika mereka masuk Islam?” tanya Rasulullah kepada orang-orang Yahudi tersebut. Mereka lantas berdoa agar hal itu tidak terjadi kepada Abdullah bin Salam. 

Rasulullah memanggil Abdullah bin Salam. Abdullah bin Salam lantas keluar dari bilik Rasulullah dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Abdullah bin Salam juga mengajak umatnya untuk bertakwa kepada Allah dan menerima ajaran yang dibawa Rasulullah. 

“Engkau dusta, engkau adalah orang yang paling jahat di antara kami dan anak yang paling jahat,” kata mereka sambil terus menerus mengejek Abdullah bin Salam. 

Begitu lah kelakuan mereka. Sebelumnya memuji setinggi langit Abdullah bin Salam, namun setelah mengetahui sang rahib masuk Islam, mereka langsung mendustakannya. (A Muchlishon Rochmat)