Sebanyak 40 pemuda Kristen tinggal di Pondok Pesantren Budaya Ilmu Giri, Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, selama tiga hari, 4-6 April lalu. Mereka mengikuti Workshop "Islam dan Pluralisme" yang diselenggarakan The Wahid Institute bekerja sama dengan Crisis Center Gereja Kristen Indonesia (CC GKI).
Sebelumnya, mereka telah mengikuti materi perkuliahan ke-Islam-an dari tokoh-tokoh pesantren, di antaranya, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Melalui kegiatan itu, diharapkan para pemuda Kristen dapat lebih memahami kehidupan warga pesantren. Mereka juga bisa mengetahui Islam yang damai dan toleran.<>
"Kegiatan ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi penyelesaian problem-problem kemanusiaan melalui jalur agama," kata Koordinator Program Abdul Moqsith Ghazali, di Bantul, dalam siaran pers yang diterima NU Online, Ahad (6/4) kemarin.
Moqsith yakin, kegiatan ini membuat peserta mengetahui bahwa agama tak melulu mengurusi ritual peribadatan, tapi juga memiliki perhatian terhadap masalah kemasyarakatan.
Ketua CC GKI, Pdt Dr Albertus Patty berharap, kegiatan ini memberikan pemahaman mengenai hubungan antaragama, masalah kemanusiaan dan kepedulian lingkungan. "Itu sebabnya kami memilih Pesantren Ilmu Giri yang memiliki kepedulian pada masalah kemanusiaan dan lingkungan hidup," katanya.
KH Nasruddin menegaskan, semua pihak, apa pun latar belakang agamanya, mesti mengambil bagian dalam kerja pelestarian lingkungan. Islam, menurutnya, adalah agama yang ramah lingkungan.
Selama tiga hari, peserta berdialog dengan pengasuh pesantren, para santri, dan tokoh-tokoh lintas agama di Yogyakarta, di antaranya Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DI Yogyakarta Prof Dr Maksum.
Kegiatan tersebut juga diisi penanaman pohon jati dan sawo kecik. Tujuannya, membantu mengatasi pemanasan global yang cukup mengkhawatirkan.
The Wahid Institute-CC GKI telah empat kali menyelenggarakan kegiatan serupa di Pesantren Cipasung Tasikmalaya dan Pesantren al-Mizan Majalengka. "Mudah-mudahan di masa mendatang, kegiatan ini bisa dilakukan dengan skala lebih luas," harap Direktur The Wahid Institute, Ahmad Suaedy. (rif)
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Anggapan Safar sebagai Bulan Sial Berseberangan dengan Pandangan Ulama
6
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
Terkini
Lihat Semua