Warta

Aktivis Open Source Indonesia Berkumpul di Bali

NU Online  ·  Senin, 10 November 2008 | 10:08 WIB

Kuta, NU Online
Para aktivis dan penggiat perangkat lunak kode terbuka (open source software) berkumpul di Bali dalam Indonesian Linux Conference atau ILC yang diadakan oleh Universitas Udayana (Unud) dan Pepartemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) di Palm Beach Hotel Bali sejak Ahad (9/11) kemarin.

Ajang berkumpul para penggiat dan aktivis open source yang digelar rutin setiap tahun berbagai tempat di Indonesia itu juga dihadiri oleh Manager IT NU Online Ardyan Novanto Arnowo.<>

ILC 2008 dihadiri oleh Kelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI) dari berbagai kota di Indonesia. Acara dibuka oleh Pembantu Rektor Universitas Udayana Bali, dan bertindak sebagai panelis adalah Ir. Lolly Amalia M.sc (dirjen Sistem Informasi Perangkat Lunak dan Konten), Betty Ali Syahbana (Ketua Asosiasi Open Source Indonesia) dan Rusmato Maryanto (ketua Yayasan Pengguna Linux Indonesia).

Dalam pertemuan kali ini dibahas beberapa hal mengenai perkembangan dan penggunaan open source di Indonesia, berikut tantangan yang ada. Targetnya adalah untuk memperbanyak pengguna linux, meminimalisir pembajakan dan kehilangan devisa negara untuk keperluan membayar lisensi software.

Para peserta ILC membahas kendala penetrasi open source dalam menggantikan software propetiary (berbayar) diantaranya adalah masih kurangnya dukungan implementasi dan sulitnya mencari driver untuk hardware tertentu dan jarang ada yang dapat memberikan training.

Dalam menghadapi berbagai kendala tersebut, para penggiat dan aktivis open source Indonesia bekerja bahu membahu untuk terus memasyarakatkan linux di pelbagai bidang, baik di sektor pemerintahan, pendidikan maupun swasta.

Dengan adanya KPLI di berbagai daerah di Indonesia maka diharapkan dapat semakin mempercepat penetrasi penggunaan linux pada masyarakat luas dan dapat menghemat devisa negara karena tidak perlu membeli lisensi peranti lunak berbayar (propetiary).

Ketua Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI) Betty Alisjahbana dalam kesempatan itu mengatakan, organisasi yang dipimpinnya siap menjadi payung hukum bagi para aktivis dan pengguna linux di Indonesia.

Saat ini bahkan telah ada juga software ciptaan putra putri bangsa Indonesia, bernama IGOS (Indonesia Goes Open Source) yang lahir pada 30 juni 2004 dan diprakarsai oleh 5 kementrian.

Setiap tahun pada event ILC selalu dilakukan evaluasi kinerja dari KPLI-KPLI yang ada di Indonesia, sehingga diharapkan dapat terus memasyarakatkan open source software dan mengurangi pembajakan yang selalu terjadi baik di masyarakat umum maupun pemerintahan.

Selain IGOS kini juga sudah semakin banyak distro (jenis) linux yang beredar dan semakin memudahkan pengguna untuk melakukan pengerjaan komputasi,bahkan pengguna komputer pemula sekalipun tidak akan merasakan adanya kendala yang berarti.

Namun pada peserta ILS mengeluhkan masih adanya kendala untuk melakukan penetrasi di pemerintahan dikarenakan berbelit-belitnya proses birokrasi. (van)