Al-Quran bagi Islam Fundamentalis Mengalami Kesenjangan Penafsiran
NU Online · Selasa, 23 September 2008 | 21:04 WIB
Al-Quran, bagi kalangan Islam fundamentalis di Indonesia, telah mengalami kesenjangan penafsiran dengan masa Nabi Muhammad. Padahal, dahulu, Al-Quran diterapkan Nabi dalam pola yang kontekstual atau sesuai zamannya.
Demikian dikatakan Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir, Abdul Ghofur, dalam diskusi bertajuk "Al-Quran Kontekstual Era Formatif Kenabian, dan Al-Quran Tekstual Era Reformatif Kenabian”, di Kairo, akhir pekan lalu.<>
Pada masa Nabi, jelas Ghofur, kultur dan model kehidupan dunia sekitar selalu dijadikan pertimbangan utama untuk menentukan ajaran yang tepat. Namun sekarang, di Indonesia, khususnya di kalangan Islam fundamentalis, pemaknaan Al-Quran dipaksa tekstual.
“Tanpa mengindahkan kebudayaan dan adat yang ada. Tentunya, hal ini menyebabkan Islam menjadi agama yang ‘tidak ramah lingkungan’,” pungkas Ghofur.
Ia juga menyinggung tentang pola pembaharuan penafsiran Al-Quran ala Muhammad Abduh (pemikir muslim asal Mesir) dan metode baru oleh para reformis Islam, seperti Amin Khali dan Nasr Abu Zaed. (rif)
Terpopuler
1
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
2
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
3
Jumlah Santri Menurun: Alarm Pudarnya Pesona Pesantren?
4
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
5
Nusron Wahid Klarifikasi soal Isu Kepemilikan Tanah, Petani Desak Pemerintah Laksanakan Reforma Agraria
6
Badai Perlawanan Rakyat Pati
Terkini
Lihat Semua