Warta

Arsitektur Gaya Arab-Eropa Bertahan di Masjid An-Nawier

Kam, 14 Mei 2009 | 05:18 WIB

Jakarta, NU Online
Masjid An-Nawier, berarsitektur gaya Arab-Eropa yang dibangun tahun 1760 atau 1180 Hijriyah di kawasan Pekojan, Jakarta Barat itu hingga kini masih bertahan sebagai salah satu masjid tertua di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

"Masjid ini masih sesuai dengan bentuk aslinya seperti saat dibangun. Kami hanya mengantikan atap genteng yang baru karena yang lama tidak bisa digunakan lagi," kata seorang warga Pekojan, Salim (40), Rabu.<>

Masjid tua An-Nawier yang memiliki sebanyak 33 tiang tersebut pada awalnya dibangun seorang kontraktor China. Sebelum diperluas, masjid di pinggir kali Angke itu hanya memiliki 11 tiang.

Jika dilihat dari dalam, masjid tua di perkampungan padat penduduk tersebut berbentuk hiruf L. "Yang diperluas itu bagian belakang dan samping untuk disesuaikan dengan bentuk tanah," kata Salim.

Di dalam masjid tersebut hingga kini masih banyak ditemukan peninggalan sejarah,  seperti mimbar (tempat duduk khatib) dan gantungan lampu kuno. Ayat-ayat Al-Quran juga masih menghiasi sekeliling ruangan dalam masjid tersebut.

Masjid tua An-Nawier dengan bangunan berkonstruksi beton tersebut berdiri di atas areal tanah seluas 2.520 m2.

Masjid tua tersebut kini mampu menampung jamaah salat sekitar 1.000 orang. "Masjid ini termasuk salah satu peninggalan sejarah perkembangan Islam di daerah kami," ujar Usman, warga Pekojan lainnya.

Sebagian penghuni kawasan Pekojan merupakan keturunan Arab dan China serta suku Bugis. Aktivitas salat jamaah di masjid tersebut hingga kini tetap berlangsung lima waktu (zuhur, ashar, maghrib, isya dan subuh). (ant/mad)