Warta KH TOLCHAH HASAN

Bawa Misi NU Hingga Berulang Tahun di Australia

Sen, 20 November 2006 | 05:42 WIB

Mungkin masih ingat program Safari Ramadan yang pernah populer pada masa Orde Baru (Orba). Saat itu, salah seorang ketua partai pemerintah berkunjung ke pesantren-pesantren pada bulan Ramadan, tidak untuk berdakwah, tapi untuk melakukan kampanye terselubung.

Berbeda dengan Safari Ramadan yang diinisiasi pertama kali oleh Orba itu, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-New Zealand (ANZ) mengundang KH Tolchah Hasan ke Australia untuk melakukan safari dakwah di beberapa negara bagian di Australia meliputi Brisbane, Canberra, Melbourne, Adelaide, dan Perth.

<>

Salah satu misi dari acara ini adalah untuk memperkenalkan sikap keberagamaan yang tasawuth (moderat), tasamuh (toleran) dan tawazun (berimbang) yang menjadi konsen utama NU selama ini. Untuk tujuan tersebut, PCINU ANZ menilai, Wakil Rais Syuriah PBNU ini adalah orang yang tepat untuk menjalankan misi tersebut.

Diawali di Brisbane, Kiai Tolchah—begitu ia akrab disapa—sempat memberikan ceramah di dua tempat. Ceramah pertama dilakukan secara internal, bertempat di kediaman Ketua Syuriah PCINU ANZ, dan yang kedua dilakukan untuk forum terbuka yang menyedot tidak kurang dari ratusan hadirin.

Tampak hadir dalam acara itu Associate Professor Julia D Howell, ahli tasawuf dan terekat Indonesia dari Universitas Griffith. Setelah acara, Indonesianis yang pernah meneliti Urban Sufism ini memberi selamat kepada Kiai Tolchah dan minta difoto bersama.

Tur berikutnya adalah di Ibu Kota Australia Canberra. Di kota yang berpenduduk tidak kurang dari 500 ribu orang ini, Kiai Tolhah memberikan paparannya di hadapan masyarakat muslim Indonesia dalam acara yang bertajuk perayaan nuzulul Qur’an.

Masih seputar Islam yang toleran dan rahmatan lil alamin, ia menekankan bahwa penafsiran seseorang terhadap agama tidak akan sampai pada kebenaran absolut. Sebaliknya, terdapat kemungkinan salah dari penafsiran itu. “Karena itu kita harus pandai-pandai membedakan mana penafsiran terhadap agama dan mana agama itu sendiri, sehingga kita bisa lebih toleran terhadap perbedaan,” terang Kiai Tolchah.

Acara yang berlangsung di Balai Kartini, KBRI di Canberra itu dimeriahkan dengan pementasan grup musik hadrah. Grup musik yang diawaki sebagian besar ibu-ibu warga NU ini menarik perhatian para pengunjung. Diiringi dengan gabungan musik piano dan hadrah, sebagai lagu adalah shalawat badar yang cukup pepoler di kalangan nahdliyyin (sebutan untuk warga NU). Para penonton tampak antusias, terutama pada saat dilantunkan lagu nasyid gubahan Abu Nawas yang diiring piano tunggal salah seorang mahasiswi Pascasarjana ANU.

Kedatangan mantan Mentri Agama di era pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini ke negeri Kangguru terasa istimewa karena bersamaan dengan hari ulang tahunnya yang ke-70 pada tanggal 10-Oktober. “Selama ini seluruh benua di dunia yang belum pernah saya kunjungi justru benua Australia yang berdekatan dengan Indonesia,” tutur pendiri SD Islam favorit Sabilillah, Malang, Jawa Timur itu.

Sebagai hadiah ulang tahun, para pengurus PCINU ANZ di Brisbane, mengajak Kiai Tolchah berkeliling kota dengan bus khusus yang bisa berjalan di darat dan di sungai. (Arif Zamhari)