Riyadh, NU.Online
Ancaman teroris kembali jadi kenyataan di Arab Saudi. sedikitnya sebelas orang, termasuk empat anak, tewas dan 122 lain cedera dalam serangan bom bunuh diri Sabtu tengah malam yang melanda sebuah kompleks permukiman di daerah sebelah barat Riyadh, ibukota Arab Saudi, demikian diumumkan kementerian dalam negeri, Minggu (9/11 WIB) dini hari kemarin
Korban tewas dalam pemboman itu mencakup warganegara Saudi, Sudan dan Mesir, kata seorang pejabat kementerian itu kepada Kantor Berita Arab Saudi SPA.Korban-korban yang cedera terdiri dari warga Bangladesh, Mesir, Eritrea, Ethiopia, Filipina, India, Indonesia, Yordania, Lebanon, Pakistan, Palestina, Romania, Saudi, Sri Lanka, Sudan, Suriah dan Turki, serta orang-orang Amerika dan Kanada, beberapa diantara mereka keturunan Arab.
<>Sebagian besar dari mereka yang cedera menderita luka-luka ringan, kata pejabat itu, namun 25 orang masih tetap berada di rumah sakit hingga Minggu malam. Seorang ibu, ayah dan dua anak Mesir tewas dalam ledakan itu dan ditemukan Minggu di bawah puing-puing, kata Kedutaan Besar Mesir kepada AFP.
Ayah yang berusia 40 tahun itu diidentifikasi sebagai seorang insinyur bernama Ali Ragheb, dan kedua anaknya yang bernama Omar dan Ahmed berusia delapan dan empat tahun. Sebanyak 17 orang Mesir cedera, termasuk sembilan anak, kata kedutaan itu. Empat orang Lebanon, termasuk seorang wanita dan dua anak, tewas dalam ledakan itu, dan 24 orang lain Lebanon cedera, beberapa dalam kondisi kritis, kata Kedutaan Besar Lebanon di Riyadh, di tengah meningkatnya jumlah korban sepanjang hari. Kedutaan itu mengatakan, SPA telah keliru tidak mencakupkan warga Lebanon dalam jumlah kematian.
Seorang pejabat tinggi Saudi di lokasi kejadian sebelumnya mengumumkan, seorang Sudan dan seorang India juga tewas dalam pemboman itu, yang terjadi di kompleks al-Muhaya di daerah pinggiran Wadi Laban di belakang istana kerajaan Al-Yamama.
Tiga orang AS dan tiga orang Kanada, semuanya keturunan Arab, termasuk diantara mereka yang cedera, kata satu sumber di rumah sakit tempat mereka dirawat. Beberapa pejabat Saudi menuduh jaringan Al-Qaeda mendalangi serangan tersebut. Sebagian besar pemimpin dunia mengutuk pemboman itu dan menyebutnya sebagai serangan "teroris".
Duta besar Saudi untuk London menyebut pemboman itu sebagai sebuah rencana "sekte jahat" untuk menghancurkan negara kerajaan tersebut.
Beberapa laporan menyebutkan, pembom menggunakan kendaraan yang mirip dengan mobil polisi sehingga bisa melewati pos penjagaan, melancarkan tembakan dan meledakkan apa yang diyakini tiga bom mobil sangat cepat.
Laporan lainnya mengatakan, pembom menembak ketika menembus masuk lalu terlibat baku tembak dengan petugas keamanan.
Kedubes Ditutup
Dan inilah anehnya. Sehari sebelum serangan bom, seluruh misi diplomatik Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi ternyata ditutup. Alasannya, Kedubes terus menerima informasi yang dapat dipercaya bahwa para teroris di Arab Saudi telah berpindah dari tahap perencanaan operasional kepada rencana serangan di kerajaan itu.
“Kedubes mendesak keras seluruh warga Amerika di kerajaan itu agar waspada di wilayah mana saja yang dianggap tempat orang Amerika atau orang Barat. Seiring dengan seriusnya ancaman terakhir, Kedubes di Riyadh dan konsulat jenderal AS di Jeddah dan Dhahran akan tutup Sabtu, 8 November, untuk mengevaluasi postur keamanan terakhir,” kata jubir Kedubes AS.
Masyarakat Amerika, kata dia, akan diberitahukan ketika evaluasi keamanan telah selesai dan ketika rencana-rencana misi AS dapat kembali normal beroperasi.” Juru bicara Kedubes mengatakan penutupan itu mungkin berlangsung lebih lama dari hanya sehari (Sabtu). “Adalah mungkin bahwa penutupan itu lebih daripada satu hari,” kata juru bicara di Kedubes.
Akses terhadap wilayah itu diawasi oleh barikade polisi, dan keamanan di pagar Kedubes AS sangat ketat. “Para ahli akan mengevaluasi tindakan ini hari demi hari,” kata seorang pejabat, dengan menambahkan bahwa laporan bahwa Kedubes itu ditutup selama tiga hari adalah ‘spekulasi’.
Pejabat Kedubes menolak mengemukakan informasi lebih jauh mengenai bentuk ancaman tersebut. Warga AS di kerajaan kaya minyak itu itu jumlahnya mencapai 35.000 orang. Sementara Kedubes Inggris tetap membuka pelayanannya, kata seorang juru bicara. (ss/afp/rtr/dpa/cih) ***
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
3
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
4
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
5
Pemerintah Perlu Beri Perhatian Serius pada Sekolah Nonformal, Wadah Pendidikan Kaum Marginal
6
KH Kafabihi Mahrus: Tujuan Didirikannya Pesantren agar Masyarakat dan Negara Jadi Baik
Terkini
Lihat Semua