Warta

Brunei, Malaysia, Singapura Ingin Belajar Haji Indonesia

Ahad, 17 Oktober 2010 | 07:31 WIB

Jakarta, NU Online
Brunei, Malaysia dan Singapura dalam Musyawarah MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura) ke-14 menyatakan ingin mempelajari penyelenggaraan haji Indonesia.

"Kami menyanggupinya dan lalu membagi tugas untuk membuat poin-poin kerjanya," kata Menteri Agama Suryadharma Ali sekembalinya dari Musyawarah MABIMS yang berlangsung di Brunei pada 14-16 Oktober di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Ahad (17/10).r />
Pada pertemuan tersebut hadir para menteri yang menangani agama Islam seperti Dato Pengiran Seri Setia dari Brunei, Dato Seri Jamil Khir bin Haji Baharom dari Malaysia, dan Jacob Ibrahim dari Singapura.

Menurut Suryadharma Ali, mereka kagum pada Indonesia karena Indonesia mampu mengatur pemberangkatan haji yang jumlahnya mencapai 221 ribu orang ditambah petugas menjadi sekitar 225 ribu orang.

"Mereka bilang itu berarti hampir sama dengan jumlah penduduk Brunei, kalau orang Brunei semua pergi haji, maka habislah orang Brunei," kata Menag.

Pihaknya, lanjut dia, mengungkapkan, bahwa sebelumnya Rusia juga belajar mengenai penyelenggaraan haji Indonesia untuk 40 kota di Rusia, selain itu Bangladesh, Vietnam dan China juga mengungkapkan keinginan sama.

MABIMS, urainya, juga menyepakati kerja sama meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan melakukan tukar-menukar mahasiswa dan dosen.

"Mereka ingin belajar ilmu falaq (mempelajari ilmu. gerak-gerik benda langit atau ilmu hisab) di Indonesia. Lalu Indonesia menawarkan beasiswa untuk tiga orang belajar ilmu falaq di sini," katanya.

MABIMS bersepakat juga bekerja sama dalam membina keislaman generasi muda dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan lembaga-lembaga Islam antarnegara.

Kementerian agama di keempat negara juga bersepakat menjalankan harmonisasi sosial melalui peningkatan pemahaman lintas agama dengan melakukan dialog, agar masyarakat nonmuslim tidak salah dalam memahami Islam.

"Kami keempat negara memang merasakan sering adanya penodaan agama, karena itu dibutuhkan dialog," katanya. (ful)