Hadits yang berbunyi ‘sampaikanlah walau satu ayat’ sering dijadikan alasan untuk nggampangke gerakan dakwah. Hadits itu dimaknai secara sederhana sebagai perintah, padahal ruh dari bunyi hadits itu motivasi. Di sinilah dsitrorsi terjadi.
Demikian disampaikan Wakil Ketua PW Fatayat NU Jawa Tengah Khizanatur Rohmah, dalam Pelatihan Manajemen Dakwah yang digelar di gedung PWNU Jateng, jalan Cipto 180 Semarang, akhir pekal lalu. <<>br />
Rohmah menjelaskan, ilmu seorang mubalig ataupun dai harus menyeluruh, tidak sepotong-potong dan secara kejiwaan sudah matang.
“Semangat yang berapi-api belum cukup. Biar tidak betul-betul Cuma satu ayat saja yang diketahui. Karena, satu ayat itu memiliki korelasi yang luas, bukan Cuma dengan ayat lain, tapi juga dengan manusia, budaya, dan alam sekitar,” terang Rohmah dihadapan utusan fatayat utusan dari 37 cabang.
Dalam Al-Qur'an, jelas Rohmah, banyak ayat yang bersifat mutasyabihat (tidak tegas maknanya). Maka perlu penafsiran, perlu ilmu luas, diskusi dengan orang yang mendalaminya, agar tidak serampangan memaknai ayat Al-Qur’an.
“Ayat dan hadits sudah selesai. Tak turun lagi. Sementara persoalan demi persoalan terus muncul, dan butuh pemecahan bagi umat. Maka harus bisa melihat ayat Al-Qur'an dari sisi ruh dan tujuannya dengan mengetahui asbabun nuzul yang berhubungan dengan kondisi sosial geografis,” tegasnya.
Rohmah menambahkan, kekakuan dalam berdakwah disebabkan antara lain karena ilmu yang kurang, sehingga pemahamannya tunggal dan mudah menyalahkan orang lain. “Inilah yang menyebabkan fundamentalisme, dan bahkan radikalisme,” tegasnya. (ikh/hh)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menjadikan Diri Pribadi Taat melalui Khutbah dan Shalat Jumat
2
Khutbah Jumat: Anjuran Berbakti kepada Orang Tua dalam Islam
3
Khutbah Jumat: Inspirasi Al-Fatihah untuk Bekal Berhaji ke Baitullah
4
Harlah Ke-74: Ini Asas, Tujuan, dan Lirik Mars Fatayat NU
5
Kajian Hadits: Kawin Kontrak di Zaman Rasulullah
6
Harlah Ke-90 GP Ansor, Simak Lirik Mars yang Ditulis Mahbub Djunaidi
Terkini
Lihat Semua