Jakarta, NU Online
Meski hukumnya makruh, namun penggermar rokok di Indonesia sangat tinggi. Menurut data Departemen Kesehatan RI, sekitar 70% penduduk Indonesia atau 141,44 juta jiwa adalah perokok aktif dan 60% atau 84,84 juta jiwa dari jumlah itu berasal dari masyarakat ekonomi lemah (miskin). Demikian data dari Departemen Kesehatan (Depkes) yang diungkapkan di Jakarta, kemarin (2/5).
Data dari Depkes dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disampaikan berkaitan dengan kampanye Hari Tanpa Tembakau Dunia, 31 Mei lalu. Terungkap juga, proporsi pengeluaran rata-rata untuk pembelian rokok atau tembakau terhadap pendapatan rumah tangga pada 2001 sekitar 9,1 persen untuk kelompok berpenghasilan paling rendah dan 7,47 persen pada kelompok berpenghasilan tinggi.
<>Perokok berpenghasilan rendah mengkonsumsi 10 batang rokok perhari sedangkan yang berpenghasilan tinggi mengkonsumsi sekitar 12,5 batang rokok perhari. Pengeluaran keluarga untuk produk tembakau ternyata juga lebih tinggi dari pada membeli ikan (6,2 persen), sayur-sayuran (5,1 persen), serta daging, telur dan susu (6,4 persen)
Secara makro kerugian keuangan masyarakat pada tahun 2001 sekitar Rp 54,1 triliun, sedangkan anggaran Depkes tahun 2000 hanya berjumlah Rp 2,913 triliun.
Tingginya persentase perokok dari masyarakat ekonomi lemah memperburuk kondisi mereka sehingga semakin jatuh ke dalam jurang kemiskinan. Hal itu menunjukkan masih banyak anggota masyarakat yang tidak memahami kesungguhan bahaya merokok pada kesehatan.
Berkaitan dengan itu kampanye Hari Tanpa Tembakau Dunia 2004 dipusatkan pada pemberdayaan masyarakat bawah melalui penyampaian informasi tentang bahaya rokok. Kampanye itu juga membutuhkan peran aktif seluruh komponen bangsa terutama pengambil kebijakan, pemimpin organisasi kemasyarakatan untuk meminimalisir produksi dan peredaran rokok.
Di Indonesia masalah rokok menjadi masalah nasional karena menyangkut berbagai strata sosial di bidang kehidupan, seperti kesehatan, ekonomi dan sosial. Pada tataran dunia, merokok telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar. Diprediksi sekitar 10 juta orang akan meninggal pertahun menjelang 2030 dan di negara-negara berkembang angkanya akan menjadi 70%. Kalau merokok memperburuk kesetabilan ekonomi, mengapa tidak ditinggalkan? (MA/bbr)
Terpopuler
1
Tim TP2GP dan Kemensos Verifikasi Pengusulan Kiai Abbas sebagai Pahlawan Nasional
2
Atas Dorongan PBNU, Akan Digelar Jelajah Turots Nusantara
3
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Keutamaan & Amalan Istimewa di Hari Asyura – Puasa, Sedekah, dan Menyantuni Yatim
4
Rais Aam Sampaikan Bias Hak dan Batil Jadi Salah Satu Pertanda Kiamat
5
Asyura, Tragedi Karbala, dan Sentimen Umayyah terhadap Ahlul Bait
6
Pangkal Polemik ODOL Kegagalan Pemerintah Lakukan Tata Kelola Transportasi Logistik
Terkini
Lihat Semua