Warta Jelang Munas dan Konbes NU

Dubes Palestina akan Hadir

Sel, 25 Juli 2006 | 13:38 WIB

Jakarta, NU Online
Sebagai bentuk persaudaraan antar sesama muslim, Dubes Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi menyatakan akan menghadiri undangan pembukaan Munas dan Mubes NU di Asrama Haji Sukolilo Surabaya 28-30 Juli mendatang.

Wakil Sekjen PBNU Syaiful Bahri Anshori menyatakan bahwa undangan terhadap dubes Palestina tersebut merupakan salah satu bentuk solidaritas Nahdlatul Ulama terhadap penderitaan umat Islam di Palestina yang terus dibombardir oleh Israel.

<>

“NU meminta pemerintah bersikap proaktif dalam memberikan kontribusi kongkrit untuk menyelesaikan masalah Palestina dan minoritas muslim di Thailand Selatan,” tuturnya.

Mantan ketua umum PB PMII tersebut mengungkapkan bahwa Munas dan Mubes juga akan membahas tentang berbagai bentuk penindasan yang dialami oleh umat Islam diberbagai belahan dunia.

Melalui International Conference of Islamic Scholars (ICIS) sebagai wahana untuk menjembatani Islam dan Barat, NU mengundang para ulama dan ilmuwan Islam untuk berdialog guna meraih ciat-cita untuk mencapai perdamaian dunia dan menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Sebelumnya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama telah mengecam keras penyerangan Islael ke Libanon yang dianggap sebagai tindakan yang tidak berprikemanusiaan serta melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).

“PBNU menolak dengan keras penyerbuan yang tidak sah dan melanggar hukum internasional dan kemanusiaan,” kata Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi kepada wartawan di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Menurutnya, alasan untuk membebaskan tawanan yang digunakan Israel untuk menyerang Lebanon tidak dapat dibenarkan, karena obyek penyerangan selama beberapa hari terakhir telah melebar ke mana-mana dan telah memakan banyak korban dari warga  sipil.

Dikatakan Hasyim, sikap tegas PBNU menolak penyerangan Israel terhadap Lebanon itu sudah sangat tepat, demi keadilan dan kedamaian di muka bumi. NU sebagai organisasi yang membela keadilan harus bersikap tegas melihat ketidakadilan dan kedholiman terjadi. ”Orang tidak perlu menjadi fundamentalis untuk menolak penyerbuan. Dengan hati nurani saja, orang bisa menolak penyerangan itu,” katanya. (mkf)