Warta

Dzikir Dapat Membina Karakter Anak

Ahad, 19 April 2009 | 04:04 WIB

Bogor, NU Online
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membimbing anak, antara lain
melalui pendekatan dzikir. Dengan dzikir, seorang anak yang awalnya cenderung nakal perlahan dapat berubah menjadi anak yang baik. Pendek kata dzikir dapat membentuk dan mengarahkan karakter anak.

Begitu diutarakan oleh Pengasuh Pesantren Daarul Mughni Al-Maliki
Klapanunggal Kabupaten Bogor, KH Mustofa Mughni kepada NU Online di Bogor, Sabtu (18/4).<>

Menurut Mustofa, dari pengalamannya mengelola pesantren sejak tahun
2000, santri asuhannya pada umumnya dapat diarahkan melalui pendekatan dzikir. Karena itu tak ayal dzikir menjadi salah satu trademark pesantren ini. Pada setiap jum’at, para santri diajak melakukan muhasabah.

Melalui dzikir dan muhasabah, sambung kiai tamatan Pesantren Darul
Rahman Jakarta ini, para santri merasakan kenyamanan dan mendapatkan ketenangan bathin. Dengan begitu, mereka pun dapat mengikuti berbagai program yang dikembangkan pesantren dengan baik dan penuh kesadaran.Karena itu, sebagian santri yang semula mempunyai kecenderungan nakal, secara perlahan berubah menjadi anak yang baik.

Lebih lanjut, pria yang menamatkan studi S1 IAIN (kini UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta ini mengutarakan, dzikir dan muhasabah juga diperkenalkan ke masyarakat. Setiap bulan masyarakat mengikuti majelis dzikir, dengan harapan dapat menginternalisasi spirit agama dalam kehidupan sehari-hari.

“Dzikir dan muhasabah kami jadikan sebagai salah satu ciri khas
pondok. Melalui dzikir dan muhasabah, diharapkan kepribadian santri maupun masyarakat pada umumnya akan terbimbing dengan baik.”

Dengan ciri khas dzikir dan muhasabah itu, pesantren yang terletak di
Desa Cikahuripan, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor kini tumbuh pesat.

Saat didirikan pada tahun 2000 hanya tercatat 38 santri putra dan putri.
Sembilan tahun berselang, 600 santri tercatat menimba ilmu di pesantren ini. Para santri berasal dari daerah beragam, yakni Jabotabek, Jawa Tengah, Jawa Timur, Palembang, Jambi, Padang hingga Nusa Tenggara Timur.

Dia mengatakan, pendirian pesantren tersebut didasari oleh keinginnanya menjawab “kehausan” masyarakat akan pendidikan agama. Pasalnya di
kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah Bogor bagian Timur sangat minim dijumpai pesantren. Dari sekitar 1.000 pesantren yang berada di Bogor, umumnyatersebar di wilayah barat, utara dan selatan. Sedangkan di timur, masih sangat minim.

Pesantren Daarul Mughni menyelenggarakan pendidikan selama 6 tahun,
dengan memadukan penyelenggaraan Madrasah Tsanawiyyah (MTs) dan Madrasah Aliah (MA) dengan pendidikan pesantren. Para santri umumnya mendaftar mulai kelas 1 MTs.

Bahasa Arab dan Ingggris menjadi bahasa pengantar sehari-hari kegiatan
belajar mengajar (KBM) maupun pergaulan santri selama berada di pesantren. Selain itu santri juga diajarkan kemampuan berdakwah baik secara lisan maupun melalui perbuatan melalui pengiriman santri ke pelosok-pelosok kampung dan menggelar berbagai kegiatan sosial. (hir)