Warta

Eksekusi Saddam Keberhasilan AS Melemahkan Irak

Rab, 3 Januari 2007 | 06:07 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menilai, eksekusi mati terhadap mantan Presiden Irak Saddam Hussein merupakan salah satu bentuk ‘keberhasilan’ Amerika Serikat (AS) dalam upaya melemahkan salah satu negara kaya minyak itu.

“Itu (eksekusi mati Saddam Hussein: Red) keberhasilan Amerika Serikat dalam melemahkan dan mengacak sebuah bangsa dari bangsa itu sendiri,” kata Hasyim kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (1/1) kemarin.<>

Hasyim mengungkapkan, tuduhan menyimpan senjata pemusnah massal hanyalah alat bagi AS untuk menumbangkan kekuasaan Saddam. Karena nyatanya tuduhan itu hingga kini tak dapat dibuktikan. Akhirnya pemimpin negeri 1001 Malam dihukum atas tuduhan pembunuhan dan penyiksaan terhadap 148 warga Syiah di Dujail setelah upaya pembunuhan atas dirinya pada 1982—selama perang melawan Iran.

Adapun keberadaan senjata pemusnah massal, Hasyim menduga, kalaupun memang ada, pada dasarnya hal itu merupakan senjata yang memang sengaja dibawa oleh AS saat perang melawan Iran tahun 1980. Karena, menurutnya, saat perang yang menewaskan sekitar satu juta orang dari kedua pihak itu, rejim Saddam didukung penuh oleh AS.

“Dalam perang Iran-Irak 8 tahun, itu kan di-support habis-habisan oleh AS. Waktu itulah Donald Rumsfeld (mantan Menteri Pertahanan AS: Red) ‘membawa’ senjata pemusnah massal. Jadi, kalau AS mencurigai bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal, ya, dia (Donald Rumsfeld) itu yang bawa,” ungkap Hasyim yang juga Presiden World Conference on Religion and Peace (WCRP).

Kematian mantan pemimpin Partai Baath itu, menurut Hasyim, justru akan menambah kekacauan Irak. Konflik antara Syiah-Sunni dan Kurdi, menurutnya, masih akan terus berlangsung, dan hal itu tidak bisa dilepaskan dari peran AS yang memang sengaja mengadu-domba.

“Sekarang Saddam yang kalah dan kelompok Syiah yang menang. Saat Syiah nanti menjadi kuat, dia (kelompok Syiah) juga akan dibenturkan dengan Kurdi. Karena sekarang, pusatnya Syiah sudah diserang kan. Nah, itu nanti, orang-orang Arab perang dan jadi bulan-bulanan,” urai Sekretaris Jenderal Intenational Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu.

Perjalanan hidup Saddam berakhir di ujung tiang gantungan. Tepat pukul 03.00 GMT atau 10.00 WIB, Sabtu (30/12) ia menjalani eksekusi sebagai hukuman atas kejahatan kemanusiaan yang dituduhkan kepadanya.

Pengadilan banding di Baghdad pekan terakhir 2006 memperkuat keputusan pengadilan yang telah menjatuhkan vonis mati atas Saddam pada 5 November. Peraturan hukum di Irak menetapkan Saddam harus menjalani hukuman mati 30 hari setelah vonis dijatuhkan.

Tetapi mantan orang kuat Negeri 1001 Malam itu belum menghadapi proses pengadilan atas apa yang dialami suku Kurdi, yang mendiami wilayah Irak utara, selama masa kekuasaannya. (rif)