Warta

GAM Isyaratkan Lupakan Tuntutan Merdeka

NU Online  ·  Rabu, 23 Februari 2005 | 03:00 WIB

Jakarta, NU Online
Pada hari kedua perundingan informal antara Pemerintah Republik Indonesia dan kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki, Finlandia, Selasa (22/2) waktu setempat, mulai menunjukkan kemajuan. GAM menunjukkan itikad menghentikan keinginan membentuk sebuah negara Aceh merdeka.

Sementara itu, pihak mediator pertemuan, Crisis Management Initivative (CMI) pimpinan mantan presiden Finlandia, Martti Ahtisaari, mengklaim pertemuan hari Selasa berjalan alot, namun "lebih baik" dibandingkan perundingan hari Senin. Pertemuan masih akan berlangsung hari ini (Rabu, 23/2) sebagai hari terakhir.
    
Kelompok separatis GAM menurut Reuters, dalam perundingannya dengan Pemerintah RI --yang diwakili Menko Polhukam Widodo Adi Sutjipto, Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin, dan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi Sofyan Djalil, dilaporkan bersedia melupakan tuntutan kemerdekaan bagi Aceh. "Konflik ini tidak bisa diselesaikan dengan cara itu dan kami harus menyesuaikan diri dengan keadaan," ujar juru bicara GAM Bakhtiar Abdullah.

<>

 Ia menjawab pertanyaan apakah GAM dalam perundingan tersebut telah mengenyampingkan opsi merdeka demi kepentingan untuk mencapai otonomi yang lebih luas.
    
Sementara itu, menurut penasihat GAM, Damien Kingsbury, salah satu poin penting dalam perundingan tersebut adalah masalah bentuk otonomi yang ditawarkan Pemerintah Indonesia. GAM, menurut Kingsbury, menganggap "otonomi khusus" sebagai hal berbau "status quo" dan mereka lebih memilih istilah "pemerintahan sendiri".
    
Kingsbury mengatakan, delegasi Indonesia setuju untuk mengonsultasikan kepada pemerintah pusat tentang ide penyebutan "pemerintahan sendiri" bagi Aceh itu. Agenda pembicaraan lainnya oleh kedua delegasi difokuskan kepada masalah membangun masa depan Aceh. 
    
CMI sebagai pihak mediator, menurut laporan AFP, mengatakan, pembicaraan damai antara Pemerintah Indonesia dan kelompok GSA pada Selasa tentang tawaran otonomi khusus berjalan alot namun "lebih baik" dibandingkan Senin. "Hingga kini pembicaraan dapat dikatakan alot namun tampaknya hari ini lebih baik dibandingkan kemarin," kata Juru Bicara CMI Maria-Elena Cowell.

Menurut Cowell, tawaran yang disampaikan delegasi Indonesia dalam kerangka otonomi khusus antara lain mencakup pemilu provinsi dan partisipasi GSA dalam pemilu tersebut.
    
Perundingan Pemerintah Indonesia dengan GSA di Helsinki, yang telah dimulai Senin (21/2), dijadwalkan berlangsung hingga Rabu hari ini, (23/2). Namun jika kedua belah pihak gagal mencapai titik temu, perundingan disebut-sebut akan berakhir hari Selasa kemarin. 

Jauh hari sebelumnya,  Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Drs A Hasyim Muzadi mengingatkan pemerintah Indonesia agar tidak mengorbankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam berhadapan dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

"Kalau GAM menginginkan adanya penambahan status melebihi otonomi yang sudah diberikan pemerintah sebelumnya, silakan saja asalkan masih dalam kerangka NKRI," katanya usai memberikan ceramah dalam istighotsah Tahun Baru Islam 1426 Hijriyah di Kediri, Jawa Timur, Minggu, (13/02).

Menurut pandangan Hasyim, perundingan antara kedua belah pihak beberapa waktu mendatang tidak akan menghasilkan sebuah komitmen apapun selama GAM masih menuntut kemerdekaan dan ingin mendirikan negara sendiri.

Menurut Hasyim, bila GAM masih seperti itu, perundingan antara RI dengan GAM akan tetap 'mauquf' (menemui jalan buntu), sekalipun beberapa negara maju terlibat sebagai mediator dalam perundingan kedua belah pihak. (ant/Dul)
Â