Warta

Gubernur Jatim Ambil Keputusan soal NII

NU Online  ·  Senin, 9 Mei 2011 | 14:06 WIB

Malang, NU Online
Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang merebak di Jatim sudah mulai meresahkan masyarakat dan orang tua mahasiswa. Untuk mencegah gerakan penculikan dan pencucian otak mahasiswa dan masyarakat, gubernur Jatim akan segera mengeluarkan keputusan terkait gerakan NII.

Keputusan yang diambil gubernur bisa seperti yang dilakukan gubernur terhadap Ahmadiyah dengan melakukan pelarangan di Jatim. Untuk mengambil keputusan itu, gubernur sudah melakukan koordinasi dengan Pangdam, Kapolda, MUI, NU, Muhammadiyah dan para rektor.<>
“Bisa saja seperti keputusan yang diambil gubernur tentang Ahmadiyah, tapi belum sampai kesana. Yang jelas pemerintah bisa menjawab keresahan masyarakat dan ketidaktentraman masyarakat terhadap gerakan NII di Jatim,” kata Wakil Gubernur Jatim, H. Saifullah Yusuf (Gus Ipul), usai membuka Konferensi cabang ke-13 NU Kota Malang di Aula Rektorat UIN Maliki Malang, Sabtu (7/5) kemarin malam.

Gus Ipul, panggilan akrab Saifullah Yusuf menegaskan, bahwa jika isu merebaknya gerakan NII itu benar, maka akan menjadi ancaman bahaya yang sangat besar bagi keutuhan Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI).

“Tingkat ancamannya seperti apa masih diolah, setelah melakukan kordinasi dengan Pangdam, Kapolda, MUI, NU, Muhammadiyah, para rektor. Kalau semuanya sudah utuh akan dirumuskan. Bisa jadi pak Gubernur akan mengambil keputusan untuk membuat ketentraman di Jatim,” ungkap mantan Ketua Umum PP GP Ansor itu.

Ketua PBNU ini berharap kepada semua pihak untuk lebih berperan aktif dalam membendung gerakan tersebut. Pihaknya meminta peran serta akademisi untuk terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak agar jangan sampai paham NII berpotensi menjalar.

Kepada para kiai dan ulama dapat menyeimbangkan dan memberikan pemahaman yang sebenarnya kepada umat. Agar mereka tidak mendapatkan pemahaman yang keliru terkait ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Gus Ipul juga  mengingatkan pentingnya pembaharuan strategi dakwah untuk menyikapi perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat. Strategi dakwah baru ini sangat diperlukan untuk bisa menjangkau generasi baru, generasi cyber.

Tidak ada pilihan lain selain mengembangkan media dakwah di dunia cyber ini. Apalagi saat ini kembali marak gerakan-gerakan dan pemikiran yang ekstrim dan mengancam persatuan umat Islam dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Karena mereka akan berguru tanpa guru. Mereka akan memahami Islam secara sepotong-sepotong tidak secara utuh,” tambahnya. (aim)