Warta

Haji Tahun Depan Lebih Nyaman dengan Perbaikan Fasilitas di Armina

Rab, 2 Desember 2009 | 22:37 WIB

Jakarta, NU Online
Selain membenahi sistem transportasi, pemerintah Arab Saudi juga terus menambah dan meningkatkan prasarana dan fasilitas layanan haji di ketiga tempat peribadatan yakni di Padang Arafah, Mina dan Muzdalifah (Armina).

Padang Arafah (sekitar 7 Km dari Mina) adalah lokasi Wukuf yang merupakan puncak ritual salah satu rukun haji yang wajib dikerjakan, jika tidak, tidak sah hajinya.<>

Wukuf menamsilkan saat umat manusia berada di Hari Penantian (Padang Mahsyar), menunggu dihisab oleh Allah (ditimbang-timbang amal kebajikan dan dosanya), sedangkan Muzdalifah adalah lokasi mabit (singgah untuk persiapan melontar jamrah), sekitar lima kilometer dari Padang Arafah.

Melontar jamrah (jumrah) adalah ritual wajib haji (jika tidak mengerjakan, harus membayar dam atau denda berupa ternak kurban atau digantikan bagi yang sakit atau uzur).

Ritual ini dilakukan mulai 10 Zulhijah, dilanjutkan dua atau tiga hari berturut-turut setelah itu, dimulai dengan melontar jamrah Aqabah pada l0 Zulhijah, dilanjutkan dengan melontar ketiga jamrah (Ula, Wusta dan Aqabah) pada 11 sampai 13 Zulhijah.

Melontar jamrah mengingatkan saat nabi Ibrahim digoda setan untuk membangkang dari perintah Allah menyembelih puteranya, Ismail.

Bagi yang melakukan Nafar Awal, melontar 49 batu, tujuh batu dilontar pada jamrah Aqabah, kemudian masihg-masing tujuh batu ke jamrah Ula, Wusta dan Aqabah pada dua hari berikutnya (7x3x2).

Sementara yang mengikuti Nafar Sani, melontar 70 batu, tujuh batu dilontarkan di jamah Aqabah pada hari pertama, kemudian masing-masing tujuh batu ke jamrah Ula, Wusta dan Aqabah selama tiga hari berturut-turut (7x3x3).

Acara melontar jamrah saat ini juga sudah jauh lebih nyaman, tidak perlu berdesak-desakan lagi karena bisa dilakukan dari jembatan jamarat berlantai lima dengan akses jalan masuk sepanjang 950 meter dengan luas 80 meter.

Tragedi yang terjadi pada 1990 yang merenggut lebih 1.400 jemaah termasuk sekitar 650 calon haji Indonesia saat saling berdesakan di terowongan Mina menuju jamarat diharapkan tidak terulang kembali dengan rampungnya pembangunan jembatan jemarat berlantai lima.

Jembatan jamarat dapat diakses melalui tiga terowongan, 11 jalan masuk dan dua belas jalan keluar (searah) dan dilengkapi dengan mesin-mesin pendingin (AC) raksasa untuk mempertahankan udara agar tidak lebih dari 29 derajat Celcius.

Bahkan saat ANTARA melontar jamrah dari tingkat lima, cukup lengang, padahal ratusan ribu calon jemaah haji sedang melontar jamrah di empat jembatan di lantai-lantai di bawahnya.

Sekitar tiga juta jemaah haji yang datang secara bergelombang antara 10 sampai 13 Zulhijah seolah-olah tertelan luasnya jembatan dan jalan akses keluar maupun masuk menuju jembatan jamarat.

Aliran arus jemaah dengan tertib melenggang, masuk-keluar jembatan jamarat di lantai satu sampai lantai lima melalui jalan-jalan akses yang lega ke masing-masing lantai.

Jembatan jamarat didisain agar bisa dikembangkan lagi sampai 12 lantai untuk menampung sekaligus lima juta jemaah yang akan mengikuti ritus melontar jamrah dan dilengkapi dengan menara helipad. Jembatan jamarat juga dilengkapi lift, escalator dan tangga-tangga darurat.

Sementara kawasan Mina seluas 650 hektare yang digunakan sebagai lokasi perkemahan jemaah juga terus dibangun dan dikembangkan untuk meningkatkan kenyamanan jemaah.

Nantinya sebagian jemaah tidak perlu menginap di tenda-tenda lagi jika pembangunan ratusan menara apartemen berlantai 12 yang mampu menampung satu juta jemaah rampung, menambah enam menara berkapasitas 20.000 jemaah yang saat ini sudah siap huni.

Mengenai akses jalan dari Mekah menuju Mina saat ini telah tersedia 25 terowongan, 41 jembatan dan jembatan layang dengan panjang 70Km. Kawasan Mina dan Mekah saat ini sudah tidak berjarak (saling berdampingan) akibat pesatnya pembangunan di kedua kawasan.

Bila jemaah sakit, tersedia tiga rumah sakit besar di kawasan Mina, belum termasuk posko-posko kesehatan yang dibangun oleh negara yang banyak mengirimkan jemaah seperti Indonesia dengan balai-balai pengobatan haji (BPHI).

Delapan rumah jagal berkemampuan l,5 juta hewan, juga disediakan di Mina untuk memenuhi hewan kurban atau pembayaran denda pelanggaran ibadah haji (dam). (ant/mad)