Warta

Hasyim: Jangan Politisasi Korban Banjir

Jum, 4 Januari 2008 | 11:18 WIB

Surabaya, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KHA Hasyim Muzadi menyatakan korban banjir jangan dipolitisasi dengan saling menyalahkan.

"Jangan politisasi korban banjir dengan saling menyalahkan, misalnya menyalahkan pemerintah. Saya kira, pemerintah tidak lambat, tapi mereka memang tak berdaya," katanya saat singgah di kantor PWNU Jatim, Jumat.

<>

Didampingi Ketua Umum PP Muslimat NU Hj Khofifah Indarparawansa menjelang keberangkatan ke PCNU Lamongan untuk menyerahkan bantuan PBNU, ia mengatakan luas wilayah membuat pemerintah tak berdaya.

"Tidak hanya luas wilayah banjir, tapi banjir yang terjadi saat ini juga betul-betul dahsyat. Kalau dulu, banjir yang sifatnya reguler hanya 2-3 jam sudah surut, tapi sekarang sangat dahsyat," katanya.

Oleh karena itu, katanya, para pemimpin bangsa hendaknya langsung membantu dan berusaha mencarikan solusi yang lebih dibutuhkan rakyat, bukan dengan memanfaatkan bencana untuk kepentingan politik.

"Karena itu, PBNU dalam tahap awal hanya menyerahkan bantuan kepada korban banjir di Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan. Tiga mobil boks bantuan itu berisi air mineral, biskuit, dan mie instan," katanya.

Untuk tahap berikutnya, katanya, PBNU akan menjajaki kerjasama dengan Menko Kesra untuk memberikan bantuan kepada korban banjir melalui konsep "Ansor - Muhajirin" yang sifatnya lebih manusiawi.

"Dengan melibatkan Muslimat NU, konsep Ansor - Muhajirin itu akan menempatkan satu KK yang menjadi korban banjir kepada satu KK yang bukan korban banjir," katanya, didampingi Ketua PWNU Jatim DR KH Ali Maschan Moesa MSi.

Cara itu, katanya, akan lebih manusiawi, karena korban banjir akan mendapat pasokan nasi yang tidak basi, tidak stres akibat bencana yang dialami, dan dapat melakukan hubungan suami-isteri secara normal.

"Kami menggandeng Menko Kesra, karena pemerintah harus menyerahkan bantuan langsung dari rumah ke rumah. Kalau dengan model penampungan akan sangat tidak manusiawi dan membuat mudah marah," katanya.

Senada dengan itu, Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim DR KH Ali Maschan Moesa MSi mengatakan pihaknya memang meminta PBNU untuk menyerahkan bantuan kepada tiga kabupaten di Lamongan.

"Itu karena kami dari PWNU Jatim sudah meninjau langsung korban banjir di Bojonegoro dengan menyerahkan bantuan 350 dos mie instan, 100 dos biskuit, dan Rp5 juta setiap kabupaten, karena itu pak Hasyim melanjutkan di Lamongan," katanya.

Namun, katanya, bencana yang terjadi hendaknya dilihat dengan kacamata agama yakni bencana alam merupakan peringatan agar manusia tidak melakukan perusakan ekologi dan mencederai rakyat dengan korupsi.

"Jangan ada lagi penebangan hutan untuk alasan apa pun. PWNU Jatim sudah mengerahkan setiap PCNU se-Jatim untuk melakukan penanaman 100 ribu tanaman setiap daerah melalui kerjasama dengan Departemen Kehutanan setempat," katanya. (ant/eko)