Islam Apa yang Tahu Akidah, Syariah tapi tak Tahu Sejarah
NU Online · Senin, 15 Agustus 2011 | 12:02 WIB
Jakarta, NU Online
Banyak sekali ideologi di Indonesia yang berusaha meneguhkan eksistensinya. Secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi ekstrim kanan, kiri dan kelompok moderat. NU merupakan bagian dari kelompok moderat.
Disatu sisi, terdapat kelompok fundamentalisme pasar bebas yang mengusung ideologi neolib. Mereka memperjuangkan kebebasa beragama, merasa boleh meghujat siapa saja. Ini berbeda dengan NU yang berusaha menjaga kerukunan agama dengan Pancasila sebagai pelindungnya.
<>
Disisi lainnya yang menjadi lawan fundamentalisme pasar, terdapat kelompok Islam yang kenal akidah dan syariah, tetapi tidak kenal sejarah. “Mereka adalah kelompok Islam yang ingin mendirikan negara diluar yang sudah disepakati bersama,” kata H As’ad Said Ali, wakil ketua umum PBNU dalam acara Refleksi Kebangsaan dan Nuzulul Qur’an yang digelar di gedung PBNU, Senin (15/8).
Nahdlatul Ulama dalam hal ini merupakan Islam yang tahu akidah, syariah, dan sekaligus sejarah Indonesia. “NU tetap bergerak dan memimpin di tengah, berusaha menarik dari kelompok kiri dan kanan menuju ke tengah,” paparnya.
Sementara itu Hayono Islam, mantan Menpora menyatakan, NU tak hanya menjadi pilar kebangsaan, tetapi juga penyelamat Indonesia. Ia menyebut peristiwa G30 S PKI dan reformasi yang merupakan momen krusial bagi kondisi bangsa Indonesia.
“Peran Gus Dur luar biasa, kalau bukan beliau presidennya, saya ngak ngerti, apa kita masih bisa seperti sekarang ini,” paparnya.
Ia menegaskan, Islam di Indonesia merupakan contoh dari perpaduan antara demokrasi dan Islam yang bisa sejalan
“Dengan demokrasi ini Islam sebagai suara terbanyak bisa menentukan. Islam tidak dikendalikan partai politik, justru NU yang harus mengendalikan partai politik sehingga semangat kebangsaan tetap melekat di partai politik,” paparnya.
Ia berharap partai politik yang didirikan kader NU kompak.. “Sayang kalau tidak, karena walapun NU itu netral, tidak berpolitik praktis, partai politik NU bisa membawa kepentingan NU didalamnya sehingga melihat kepentingan yang lebih besar, bersama ormas lain, menjadi penyeimbang partai politik yang sekarang ini sedang dalam masa pendewasaan,” jelasnya.
Penulis: Mukafi Niam
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua