Warta TAUSIYAH YAUMYAH RAMADHAN

Jangan Memperturutkan Nafsu Konsumerisme

NU Online  ·  Rabu, 16 September 2009 | 05:28 WIB

Jakarta, NU Online
Menghadapi Perayaan Idul Fitri yang tinggal beberapa hari lagi, umat Islam diharapkan dapat lebih khusyuk beribadah di bulan Ramadhan. Idul Fitri yang tinggal menunggu beberapa hari lagi harus diartikan sebagai segera berlalunya bulan suci Ramadhan.

Dengan demikian, orang-orang Mukmin mestinya justru semakin memadati masjid-masjid dan majlis-majlis peribadahan lainnya untuk bertambah mendekatkan diri kepada Allah. Bukan sebaliknya, malah memperturutkan nafsu konsumerisme dengan  memborong barang-narang dagangan di pusat-pusat perbelanjaan.<>

Demikian disampaikan oleh Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PP LDNU) KH AN Nuril Huda dalam tausiyahnya di hadapan ratusan jamaah buka Puasa bersama yang diselenggarakan oleh PP LDNU di Gedung PBNU Jl. Kramat Raya 164 Jakarta, Selasa (15/9).

Menurut Kiai Nuril -sapaan Akrab Nuril Huda, bulan Ramadhan yang tinggal menghitung hari lagi merupakan isyarat bagi orang-orang mukmin untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Banyak bentuk-bentuk ibadah yang sudah menunggu untuk harus segera dilaksanakan, baik ibadah yang bersifat pribadi maupun sosial.

"Menjelang Idul Fitri, mereka yang kaya harus mengeluarkan zakat. Mereka yang memiliki persediaan makan harus mengeluarkan zakat fitrah. Malam-malam Ramadhan yang tinggal dapat dihitung dengan jari ini, jangan sampai disia-siakan dengan memborong barang yang sebenarnya tidak benar-benar diperlukan," terang Kiai Nuril.

Lebih lanjut, Kiai Nuril berharap, umat Islam yang memiliki kelebihan harta, bukan hanya semakin khusyu' beribadah. Melainkan juga semakin tampak wujud kepeduliannya kepada sesama agar persaudaraan di antara sesama umat Islam (ukhwah islamiyah) baik yang kaya maupun yang miskin semakin kokoh.

"Jika yang kaya mau berbagi dengan yang miskin, tentu masyarakat menjadi harmonis. Jika mereka yang kaya memperhatikan kebutuhan yang miskin, tentu ketentraman bertambah dan problem kesenjangan semakin berkurang. Dari sinilah keselarasan hidup yang dicita-citakan Islam akan dapat terwujud," tandas Kiai Nuril. (min)