Karya Imam Nawawi Mampu Kompromikan Tafsir Bil-Ma'stur dengan Bi al-Ra'yi
NU Online · Jumat, 24 Desember 2004 | 02:19 WIB
Tripoli, NU Online
Muhammad Burhanuddin, mahasiswa Indonesia di Libya yang mengkaji pemikiran Imam Nawawi al Jawi mengatakan bahwa mufassir yang bermadzhabkan Syafi'i ini mempunyai corak tersendiri dalam kitab tafsirnya.
"Dalam tafsir al-Munir, sang mufassir mampu mengkompromikan antara tafsir bil-ma'stur dengan tafsir bi al-ra'yi". "Tapi sayang kitab tafsir ini belum di tahqiq, jadi masih ada hadith-hadith yang dhoif dan maudhu' dan inilah salah satu minusnya dimana si mufassir tidak melakukan tahrij-hadith," ungkapnya kepada NU Online
<>Sekalipun ada minusnya, tafsir al-Munir juga mempunyai kelebihan. Dalam tesisnya, Burhan menulis: "Bahwa tafsir ini bahasanya lugas, pembahasannya bernas, formulasinya juga baik dan masih banyak yang lainnya" terangnya.
Tafsir al-Munir yang setebal dua jilid ini, dan berjumlah 987 lembar, memang sering dibaca di beberapa pesantren salaf. Pernah pada suatu saat saya (penulis-red) ikut pengajian kilatan pada bulan Ramadhan di Pondok Sarang Rembang dan yang mengajar adalah KH. Maimun Zubair. Ia sering sekali memuji kapasitas intelektualnya imam Nawawi dan masih menurut KH. Maimun Zubair; Imam Nawawi dalam redaksi kitabnya ini masih ada corak redaksi Indonesianya. "Ya, maklum saja lha wong orang Indonesia nulis kitab dengan bahasa Arab" katanya.
Imam Nawawi al-Jawi, yang dilahirkan di Banten tahun 1813 M, pengarang kitab Tafsir al-Munir bermukim di Mekkah. Ia hijrah ke Mekkah setelah perang Diponegoro dan wafat pada tahun 1897 yang kemudian dimakamkan di maqbaroh Ma'la'-Mekkah. Sebelum meninggal beliau sempat mengarang kitab Nihayatul Muhtaj namun tidak sampai selesai.
Burhanuddin, pria kelahiran Lombok 30 Desember 1974, yang juga pernah mengeyam pendidikan di LIPIA Jakarta selama 4 tahun, menambahkan bahwa Imam Nawawi adalah termasuk mufassir pertama Indonesia pada abad 18. Bayangkan saja, betapa tingginya ilmu beliau sehingga mampu mengarang kitab tafsir dengan bahasa Arab yang notabene bukan bahasa "ibu"nya.
Jumlah mahasiswa Indonesia di program Dirosat 'Ulya (S-2) saat ini tinggal 5 orang. Dua diantaranya yaitu M. Anwar,Lc. dan Syafruddin Ramly,Lc. sedang menyelesaikan tesisnya atau Marhalah Bahth. Dan yang lainnya yaitu: Ahmad Faiz,Lc., Zainil Ghulam,SHI., dan Yunihardi,Lc. yang masih dalam Marhalah Diplomma/Tamhidiyyah.
Kontributor: Zainil Ghulam Abdullah
Â
Â
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
2
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
3
Khutbah Jumat: Belajar dari Pohon Kurma dan Kelapa untuk Jadi Muslim Kuat dan Bermanfaat
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Kontroversi MAN 1 Tegal: Keluarkan Siswi Juara Renang dari Sekolah
6
Ekologi vs Ekstraksi: Beberapa Putusan Munas NU untuk Lindungi Alam
Terkini
Lihat Semua