Warta

Kaum Muslim Inggris Akan Gelar Konser Amal Untuk Darfur

Sel, 21 Agustus 2007 | 14:19 WIB

London, NU Online
Kaum muslim Inggris akan menyelenggarakan konser "Live 8" untuk mengarahkan perhatian dunia kepada krisis kemanUsiaan di kawasan Darfur, Sudan, kata penyelenggara, Senin waktu setempat (Selasa WIB).

Konser itu akan digelar di Wembley Stadium, London, 21 Oktober, dan bertujuan membangkitkan kesadaran warga muslim Inggris yang berjumlah 1,5 juta jiwa, di tengah pernyataan-pernyataan tidak adanya aksi mereka kepada Darfur dan hanya memusatkan perhatian ke daerah lain seperti Irak.

<>

"Kami akan membuat Live 8 versi sendiri. Kami akan menggelar satu pertunjukan musik di akhir bulan suci Ramadhan," kata Jehangir Malik, manajer penggalangan dana amal untuk Islamic Relief.

Ini upaya penghimpunan dana dan peningkatan profil. Kami berharap acara ini sukses dan menjadi tonggak sejarah, katanya. Kegiatan ini akan melibatkan banyak musisi dan artis, termasuk di dalamnya penyanyi kelahiran Iran, Sami Yusuf.

Live 8 tahun 2005 melibatkan serangkaian konser di seluruh dunia dan digelar menjelang pertemuan G8 di Gleneagles, Skotlandia. Tujuannya untuk menarik perhatian masyarakat dunia kepada masalah kemiskinan global dan mengimbau negara-negara kaya untuk meningkatkan dana bantuan.

Satu delegasi muslim, yang didukung Kementerian Luar Negeri Inggris, baru-baru ini berkunjung ke Darfur untuk berbicara dengan para korban kekejaman dan kaum pengungsi, juga para tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan setempat.

Delegasi itu mengungkapkan, selain Malaysia, Kuwait dan Arab Saudi, negara-negara muslim sangat lamban dalam melakukan reaksinya terhadap krisis di Darfur, dibandingkan dengan negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Inggris.

Dalam satu jumpa pers, editor majalah muslim Q News, Fareena Alam, mengatakan, "Sangat memalukan bahwa kita (kaum muslim) bisa sangat cepat bereaksi terhadap masalah-masalah lain."

Ia mengatakan, "Banyak sekali informasi tentang Darfur. Tidak diragukan lagi, ini masalah kekejaman muslim terhadap muslim. Di Irak, musuhnya dari luar."

Fareen Alam juga mengatakan, apa yang terjadi di Darfur adalah badai bagi kaum muslim dan harus ada tindakan lebih banyak yang dilakukan. "Ini satu tantangan bagi kita, karena masyarakat sangat termotivasi dan merasa terbeban untuk membantu penyelesaian masalah di daerah-daerah lain," katanya menambahkan.

PBB memperkirakan, sedikit-dikitnya 200.000 orang terbunuh dan lebih dari dua juta jiwa kehilangan tempat tinggal dalam krisis di Darfur, yang merupakan dampak kombinasi perang dan gerakan pemusnahan sejak konflik sipil meletup di Darfur 4,5 tahun lalu. (dar)