Kementerian Agama kembali akan menyelenggarakan Kongres Nasional Tokoh Agama III yang akan berlangsung, 9-11 Juni 2010, di Hotel Mercure Convention Centre Ancol, diikuti oleh 249 orang tokoh dan pemuka agama dari 33 Provinsi di seluruh Indonesia. Peserta adalah tokoh-tokoh agama dari majelis-majelis agama seperti MUI, KWI, PGI, PHDI, Walubi, dan Matakin. Selain itu juga ormas-ormas keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, al-Wasliyah, Nahdatul Wathan, dan al-Khairat.
Menurut Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Abdul Fatah, di Jakarta, Senin (7/6), tujuan diselenggarakannya kongres tokoh agama ini untuk meningkatkan silaturahim para pemuka agama dalam menyikapi persoalan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan secara bersama-sama. Termasuk membangun komitmen bersama pemuka agama untuk memperjuangkan perubahan mendasar dalam rangka memperkokoh etika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
<>
Tujuan lainnya, kata Abdul Fatah, memberikan sumbang saran tentang perbaikan lembaga dan pranata kemasyarakatan sehingga lebih mampu mendorong ke arah perbaikan-perbaikan yang mendasar.
Abdul Fatah menambahkan, materi bahasan dalam kongres ini, antara lain, sumbangan agama dalam memantapkan etika hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; agama, budaya, dan pendidikan karakter bangsa; agama dan penciptaan sistem ekonomi yang berpihak kepada rakyat; dan eksplorasi nilai-nilai agama dalam membangun kembali kepercayaan publik dalam perspektif masing-masing agama.
Dijadwalkan Menteri Agama Suryadharma Ali akan membukia kongres nasional tokoh agama III ini, dengan menampilkan nara sumber antara lain M Mahfud MD, Franz-Magnis Suseno SJ, Bahrul Hayat, HAR Tilaar, I Putu Gede Ary Sutha, Mustafa Edwin Nasution, dan sejumlah tokoh agama lainnya.
Tema kongres umat beragama III adalah âKongres Umat Beragama untuk Memantapkan Etika Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara.â
Kapus Kerukunan Umat Beragama Abdul Fatah mengharapkan, kongres ini dapat mendorong para tokoh agama tampil kembali di depan untuk melakukan peran penting dalam mensupport perubahan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih mencerahkan.
âIni sangatpenting, karena upaya penanggulangan berbagai krisisi haruslah bertitik tolak dari reformasi moral para pemimpin secara menyeluruh, termasuk pemimpin umat, pemimpin lembaga agama dan lembaga pemerintah,â ujarnya. (ful)
Terpopuler
1
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
2
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
3
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
4
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
5
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
6
Kurangi Ketergantungan Gadget, Menteri PPPA Ajak Anak Hidupkan Permainan Tradisional
Terkini
Lihat Semua