Warta

KH Maemun Zubeir: Jangan Ada Perselisihan di Muktamar

NU Online  ·  Rabu, 24 Maret 2010 | 11:03 WIB

Makassar, NU Online
Muktamar ke-29 NU di Cipasung yang menimbulkan carut marut perselisihan antara Abdurrahman Wahid dengan Abu Hasan, jangan sampai kembali terjadi di Muktamar ke-32 Makassar. Pasalnya, akan berakibat kurang baik.  “Kedepankan persatuan dan kesatuan, kejadian Cipasung jangan lagi terjadi,” ungkap KH Maemun Zubeir pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Lasem, Rembang di arena Muktamar ke-32 NU di Makassar, Rabu (23/3).

Menurut Maemun, mengaca pada pencerminan perjalan NU, pada hakekatnya adalah perjuangan memperkuat kekokohan dan kemerdekaan bangsa. Seperti terungkap pada angka-angka perlambang di logo NU. NU adalah NU cerminan perjuangan bangsa. Lambang NU yang semula tidak ada talinya dilengkapi tali dan bintang.<>

“Jadi bila ada perselisihan harus diutamakan yang mendekati satu. Artinya, mendekati kebenaran yang haq. Kalau ada yang mendekati satu, itu yang diutamakan,” ujarnya.
 
Lebih lanjut Kiai Maemun menjelaskan, NU ditulis dengan huruf Arab. Dari lambang tersebut, bisa dipetik kalau tulisan Nahdlatul Ulama dalam bahasa Arab, ada 11 dan 6 huruf, tali tidak boleh kencang seperti angka 8, bintang 4 dan 5 sebagai Nabi, Khulafaur Rasyidin dan imam madzhab fikih. Kesemuanya memiliki isyarah masing-masing.

“Tali yang tidak kencang, melambangkan kalau Islam NU, Islam Indonesia jangan keras-keras. Jangan yang mengarah pada kekerasan. Karena Islam yang santun adalah yang lebih cocok dengan Indonesia,” terangnya. (was)