Warta

KH Masruri Abdul Mughni: Bukan Zaman yang Edan

Kam, 25 Juni 2009 | 07:02 WIB

Brebes, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Masruri Abdul Mughni mengajak Nahdliyin (sebutan bagi warga NU) untuk melakukan revolusi terhadap budaya korupsi. Pasalnya, korupsi saat ini sudah dianggap sebagai budaya bangsa Indonesia, maka kebudayaan yang jelek itu harus disingkirkan.

“Yang membuat budaya itu bukan Allah SWT  tapi manusia. Ketika budaya itu jelek harus kita tumpas dengan jalan revolusi,” katanya usai penutupan Kongres IPNU-IPPNU di pondok pesantren yang dipimpinnya, Al Hikmah 2 Benda Sirampog, Brebes, Rabu (24/6).<>

Kiai Masruri menyatakan, Nahdliyin tidak perlu terlalu menyalahkan zaman. Banyak yang beranggapan sekarang ini zaman edan. Tapi menurutnya, yang edan itu bukan zamannya tapi manusianya yang membuat edan. “Zaman baik dan cela itu karena manusia. Zaman tidak punya cela,” ujar Kiai.

Melihat porakporandanya kehidupan Indonesia akibat korupsi, maka perlu adanya gerakan batiniah melawan korupsi. Dan membendung kesempatan apapun untuk berbuat korupsi. “Tidak seluruh manusia berhati baik. Apalagi bila ada kesempatan untuk berbuat tidak baik. Maka harus kita bendung,” jelasnya.

Kiai Masruri mengajak seluruh rakyat bersama para kiai untuk mengadakan revolusi terhadap korupsi secara serentak dari atas hingga bawah. Dia optimis, dengan gerakan revolusi tersebut korupsi dalam waktu singkat akan tertumpas. “Saya optimis korupsi bisa ditumpas. Sebab hanya Allahu Akbar, yang lain kecil,” tandas Kiai.

Namun yang dimaksudkan revolusi budaya korupsi, menurut Kiai tidak dengan jalan kekerasan. “Kita lakukan revolusi tidak dengan anarkis tapi kelembutan,” ujarnya.

Sebagaimana yang dicontohkan oleh Walisongo dalam penyebaran agama Islam di Indonesia tidak dengan kekerasan. Budaya yang tidah baik dilawan dengan dengan budaya kelembutan. Kiai masruri mengajak kader-kader NU untuk mengawalinya. “NU yang besar, Insya Allah mampu merevolusi,” tandasnya lagi. (was)