Warta

KH Nurul Huda: Pesantren Pusat Pendidikan Karakter

Sab, 13 Agustus 2011 | 04:50 WIB

Demak, NU Online
Bulan Ramadhan, pesantren menjadi pusat kajian ilmu keagamaan dengan menggelar berbagai kajian kitab guna meningkatkan nilai ibadah. Demikian juga yang dilakukan Pesantren At-Taslim Kracaan Bintoro Demak, Jateng, dalam bulan Ramadhan 1432 Hijriyah ini telah menggelar berbagai kajian agama, yang terbagi dalam beberapa kelompok/halaqoh. <>

Selepas tarawih, kediaman Pengasuh Pondok Pesantren At-Taslim Demak KH Muhammad Nurul Huda,Lc MA, yang terletak ditengah tengah komplek pesantren, dipenuhi santri, alumni dan masyarakat umum. Kebetulan malam itu NU Online juga ikut nimbrung. Emper dan teras rumah milik keluarga pun ikut juga dipadati para santri, termasuk di garasi mobil milik keluarga. Sebagian santri duduk di halaman pesantren beralaskan sarung atau sajadah, bahkan ada juga yang beralaskan sandal.

Ditengah tengah pembahasan santri yang ikut ngaji terbelalak dengan yang disampaikan oleh Kiai Nurul Huda tersebut lantaran saat menyampaikan keterangan sang kiai tersebut menyoroti tentang degradasi moral dan menurunnya ummat ini pada kepedulian agama, lebih lebih kepedulian terhadap pesantren.

“Kawan-kawan santri, Sekarang ada indikasi atau fenomena orang tua kurang peduli dengan pendidikan Agama lantaran mereka mengutamakan kebutuhan hidup/sosial dan kepentingan duniawi, sedangkan anaknya sudah mengikuti jaman dan modelnya sendiri, siapa yang harus merubah ini, kalau tidak kita yang memulai,” katanya.

Menurut Kiai Nurul Huda yang merupakan cucu pendiri NU KH Ma’shum Lasem ini menambahkan dalam kondisi apapun pesantern merupakan benteng terakhir pendidikan karakter atau boleh dibilang tempat pengejawentahan akhlaq karimah pada anak bangsa/umat, bahkan beliau sempat menyinggung simbahnya KH Ma’shum lasem dan pamannya KH Ali Ma’shum Krapyak Jogja yang peduli dengan sistem pendidikan karakter di pesantren.

“Mbah Mashum bilang, Akhlaq santri itu sederhana saja dan tidak muluk muluk, bahkan beliau paling benci dengan orang yang tawadlu’ karena pangkat dan kekayaan orang, karena itu akan mengurangi keimanan seseorang, dan akhlaq kalau sudah seperti itu sulit untuk normalnya sebuah tatanan,” tambahnya.

Lebih lanjut kiai Nurul Huda menambahkan, tentang pentingnya menghidupkan pesantren, beliau merasa prihatin dengan kondisi pesantren yang cenderung menurun termasuk di kabupaten Demak ini, dengan alasan setelah di survey ternyata hampir merata di pesantren mengalami hal serupa.

“Sekarang kalau ada orang tua mau memondokkan anaknya di pesantren bisa dibilang istimewa, makanya At-Taslim Ramadhan ini tetap membahas kajian kitab akhlaq, santri merupakan generasi penerus, maka akhlaqnya harus bener dulu,” tambahnya memberi motivasi.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: A.Shiddiq Sugiarto