Warta

Kiai Pesantren Berperan Kembangkan Kesusatraan di Nusantara

NU Online  ·  Rabu, 19 Maret 2008 | 09:16 WIB

Yogyakarta, NU Online
Karya-karya ilmiah para ulama dan kiai pesantren yang hingga kini masih menjadi rujukan keilmuan, juga memiliki nilai sastra. Keberadaannya pun memiliki peran penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan dunia kesusastraan di Nusantara.

Hal itu dikatakan Koordinator Lesehan Sastra dan Budaya Kutub, Imam S Arizal, dalam orasi budayanya pada peringatan Satu Tahun Wafatnya Budayawan H Zainal Arifin Thoha, di Padepokan Kutub, Bantul, DI Yogyakarta, akhir pekan lalu. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online Muhammadun A.S.<>

"Tengoklah kiai-kiai kita. ada Nawawi al-Bantany, Mahfudh al-Turmusi, KH Hasyim Asy'ari, KH Bisri Musthofa. Karya mereka luar biasa dan menjadi referensi utama dunia keilmuan pesantren,” terangnya pada acara yang dihadiri para sastrawan, seniman, dan budayawan serta santri di Yogyakarta itu.

Karena itu, kata Imam, para santri dan generasi muda NU kini harus mampu meneruskan tradisi intelektual dan sastra di Nusantara yang telah dikembangkan para ulama dan kiai terdahulu.

Joni Ariadinata mengatakan, perjuangan (Alm) Zainal Ariifin Thoha dalam membina santri-santri Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy'ari mampu menjadikan pesantren ini sebagai basis gerakan sastra yang bisa menampilkan semangat keagamaan dan kemanusiaan.

Hal yang sama dikatakan Hamdi Salad. Peran (Alm) Zainal Arifin Thoha telah mengarahkan para santri untuk menjadi sastrawan dunia-akhirat. "Tidak seperti yang terjadi selama ini dalam dunia sastra yang hanya intrik-intrikan dalam politik sastra," terang alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, itu.

Beberapa sastrawan, seniman dan budayawan lainnya yang hadir pada kesempatan itu, di antaranya, Mustofa W Hasyim, Evi Idawati, Maya Very Oktavia, Faisal Kamadobat, Salman Rusydi Anwar dan Jibna Sudiryo. (rif)