Lamongan, NU Online
Kesadaran untuk membentengi akidah Ahlussunnah Waljamaah dari serangan paham lain semakin tumbuh di kalangan pengurus NU. Salah satu Cabang yang makin giat melakukan hal itu adalah PCNU Lamongan, Jawa Timur.
Dalam bulan Ramadhan ini, PCNU yang berada di pesisir utara pulau Jawa itu mengaji bersama tentang dasar-dasar amaliah yang biasa dilakukan oleh warga NU. Pengajian dilakukan di Masjid Jamik Parengan, Meduran. Pengasuh pengajian adalah Rais Syuriyah PCNU, KH Ali Imron, sedangkan kitab yang dibaca adalah Al-Hujajul Qath’iyah karya KH Muhyiddin Abdushshomad, Rais Syuriah PCNU Jember.
<>
“Amaliah masyarakat kami yang NU banyak diserang oleh mereka, dan kitab ini sangat cocok untuk mendudukkan permasalahan,” Kiai Ali Imron memberikan alasan pengajian tersebut diselenggarakan.
Menurut kiai yang pernah mengenyam pendidikan 7 tahun di Futuhiyah Mranggen Demak dan 10 di Sayyid Maliki Makkah itu, pengajian dilaksanakan setiap usai shalat Ashar, dimulai sejak awal Ramadhan dan berakhir 24 Ramadhan lalu. Peserta pengajian sekitar 500 orang. Kitab itu dibaca seperti layaknya membaca kitab kuning yang lazim dilaksanakan di pondok pesantren.
Saking semangatnya Rais membentengi akidah kepada warganya, ia sendiri yang membelikan 450 eksemplar buku tersebut langsung dari penerbitnya, Khalista, di Surabaya. Sebagian digratiskan, sebagian lainnya diminta mengganti ongkos pembelian.
Buku sebanyak itupun akhirnya kurang, mengingat jumlah orang yang mengikuti pengajian makin bertambah banyak.
“Kalau saya kaya, ya saya gratiskan semua, lha saya belum kaya, masih itu yang bisa saya lakukan semampu saya,” tutur Kiai Ali Imron kepada NU Online pada Kamis (25/8) malam.
Menurut Kiai Ali Imron, buku karya Kiai Muhyiddin Abdushshomad tersebut memang bagus dan tepat untuk membentengi akidah Ahlussunnah Waljamaah, lebih khusus warga nahdliyin, dari rongrongan pihak lain yang kini terus menggerogoti.
“Saya sangat setuju, seirama dan memang bagus sekali isinya,” Kiai Ali meyakinkan. “Karena saya ini belum bisa menulis buku, bisa saya membacakan, ya saya bacakan agar masyarakat menjadi faham,” aku Kiai Ali Imron dengan nada merendah.
Kalau belum bisa menulis buku dan belum bisa membacakan, apa yang harus dilakukan? “Ya mendengarkan,” tutur Kiai Ali sambil tertawa.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: M Subhan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua