Warta

Lirboyo Belum Dukung Calon, Berdosa Pengaruhi Pilihan Santri

NU Online  ·  Senin, 16 Juni 2008 | 09:35 WIB

Kediri, NU Online
Pemilihan gubernur Jatim tidak saja menyedot ongkos besar, hampir setengah triliun rupiah, tapi juga membelah pendapat para ulama, pemuka agama mayoritas di Jatim.

Salah satu contohnya dinamika pendapat para pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Pondok tempat 10.000 santri menimba ilmu itu sering jadi sasaran politisi untuk mengais dukungan. Tapi hingga kini, masyayikh atau para pengasuh pondok itu belum bermufakat pada salah satu calon.<>

"Siapa bilang sudah ada kesepakatan? Sampai sekarang belum ada kesepakatan antar dewan masyayikh," kata salah seorang pengasuh Pondok Lirboyo, KH Imam Yahya Mahrus, Minggu (15/6).

Menurut dia, para pengasuh memiliki kecenderungan berbeda dalam memberikan dukungan. "Hanya sikap kami ikhtilaf (berbeda) atau tidak, akan diputuskan dalam rapat dewan masyayikh yang tergabung dalam Badan Pembina dan Kesejahteraan Ponpes Lirboyo. Dulu saat Pilpres kami juga berbeda dukungan," katanya.

Disebutkan, Badan Pembina dan Kesejahteraan beranggotakan KH Idris Marzuqi, KH Anwar Manshur, KH Imam Yahya Mahrus, KH Kafabihi Mahrus dan beberapa perwakilan pengurus.

Kiai Imam juga meminta agar pengasuh yang sudah mendukung salah satu calon, tidak memengaruhi para santri. Pernyataan Kiai Imam didukung pengasuh lainnya, KH Anwar Manshur.

"Sungguhberdosa kami kepada wali santri, kalau kami sampai mengarahkan santri untuk menentukan pilihan dalam Pilgub nanti. Wali santri memasrahkan anaknya ke sini untuk dididik ilmu agama, bukan dikerahkan dalam dukung-mendukung salah satu calon," nasehat Kiai Anwar.

Ia juga menyayangkan sikap salah satu pengasuh yang mengarahkan santri untuk mendukung pasangan calon tertentu, bahkan sampai menghukum santri yang berbeda sikap dengannya. "Jangan sampai Pilgub yang cuma sehari itu memecah-belah santridan ulama,” katanya.

Sikap netral juga ditunjukkan pengasuh Ponpes Lirboyo lainnya, KH Kafabihi Mahrus. Bahkan Kiai Kafabihi mengecam tindakan mengarahkan santri dan menghukum santri yang berbeda sikap.

"Itu namanya kebablasan dan mencederai demokratisasi. Tidak ada dalil dalam Al Quran dan Hadits yang mewajibkan santri memilih calon pemimpin seperti pilihan ulama atau gurunya," katanya.

Ia mempersilakan seseorang ulama mendukung dan memilih pasangan cagub-cawagub Jatim asalkan jangan membawa-bawa pondok pesantren. "Pokoknya jangan main-main dengan santri," katanya.

Namun, pengasuh Ponpes Lirboyo lainnya, KH Achmad Idris Marzuqi bersikukuh mengarahkan para santrinya untuk mendukung salah satu pasangan cagub-cawagub Jatim. "Kalau tidak diarahkan, berbahaya. Makanya wajib diarahkan agar tidak terpecah,"katanya.

Ia sadar, sikapnya mendapat tentangan dari para pengasuh lain. Termasuk, ketika Kiai Idris menghukum puluhan santri yang terlibat acara di Masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya yang disponsori salah satu rival dari calon yang didukungnya.

"Mereka ini kami anggap colong playu (mencuri langkahnya), layak kalau mereka kami hukum, apalagi mereka telah meninggalkan kewajibannya di pondok," kata Kiai Idris.

Selama ini, calon yang pernah atau sering ke Lirboyo adalah Soekarwo-Saifullah Yusuf, Achmady dan Mudjiono (pasangan Khofifah Indar Parawansa). (ant)