Masih Ada Manusia Indonesia Tinggal di Atas Pohon
NU Online · Sabtu, 31 Oktober 2009 | 11:00 WIB
Di tengah kemajuan teknologi dan percepatan pembangunan di wilayah Nusantara, ternyata masih ada penduduk berpola hidup sangat tradisional dan tinggal di atas pohon atau biasa disebut `manusia pohon`.
Hingga saat ini, banyak orang yang masih hidup sebagai `manusia pohon` dengan kondisi sangat memprihatinkan. Mereka sangat terbatas dalam akses untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan serta informasi dan kemajuan- kemajuan pembangunan pada umumnya.<>
Demikian dinyatakan Bupati Boven Digoel, Yusak Yaluwo, di Jakarta, Jum'at (30/10). Menurut Yusak, hanya oleh bantuan para penginjil dari `Zending` (Kristen Protestan), dirinya dan beberapa anak muda Boven Digoel bisa dibawa keluar komunitas `manusia pohon` dari belantara hutan lebat untuk mendapat pencerahan melalui sekolah hingga ke Manado.
"Di kabupaten kami, ada satu suku yakni Kombay Koroway yang sebagaian masyarakatnya disebut `manusia pohon`. Saya termasuk salah satu produk dari komunitas itu," kata Yusak ketika berbicara pada acara penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boven Digoel, Papua dengan LKBN Antara.
Direktur Pemberitaan sekaligus Pemimpin Redaksi LKBN Antara, Saiful Hadi bersama Yusak Yaluwo menandatangani `Memorandum of Understanding` (MoU) itu, disaksikan Benny Tambonop (Kabag Pemerintahan Pemkab Boven Digoel), Direktur Umum dan SDM LKBN ANTARA, Rajab Ritonga dan Wakil Pemimpin Redaksi LKBN Antara, Akhmad Kusaeni serta Kepala Biro LKBN Antara Jayapura, Peter Tukan.
Yusak Yaluwo yang terpilih sebagai Bupati Boven Digoel (Bodi) melalui Pilkada 2004 itu, mengungkapkan, wilayahnya merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Merauke pada tahun 2002.
"Karena itu, saya atas nama Pemerintah dan Rakyat Boven Digoel amat berterima kasih kepada Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA yang bersedia melakukan kerja sama di bidang pemberitaan termasuk penyebarluasan informasi tentang Boven Digoel, juga kerja sama pendidikan serta tentu untuk pembangunan ekonomi pada umumnya di daerah kami, sebagai bagian dari NKRI," kata Yusak yang lulusan Fakultas Hukum di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) di Manado ini.
"Secara historik, Boven Digoel ini punya makna bagi NKRI karena merupakan daerah para tahanan politik di masa prakemerdekaan, antara lain sempat menjadi wilayah pembuangan Bung Hatta, sementara Bung Karno hanya sampai di Ende, Pulau Flores," katanya.
Ia mengatakan situs rumah para tahanan politik, termasuk penjara tua, juga bekas-bekas tempat tinggal Bung Hatta masih dirawat sampai sekarang. "Kami juga telah membangun Tugu Bung Hatta di pusat kota Tanah Merah, ibu kota Boven Digoel," katanya. (ant)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
5
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
6
Sejumlah SD Negeri Sepi Pendaftar, Ini Respons Mendikdasmen
Terkini
Lihat Semua