Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Memborong Al-Qur'an Madinah Demi Berkah

Sab, 27 November 2010 | 22:44 WIB

Madinah, NU Online
Tiada hadiah yang lebih berkah dan bermakna selain Al-Qur'an. Alasan itulah antara lain yang menggerakkan jamaah haji untuk memborong Al-Qur'an  di Percetakaan Mushaf Al-Qur'an Malik Fahd, Madinah al-Munawwaroh.

Jamaah haji Indonesia memadati percetakan kitab mulia itu yang terletak di pinggiran kota Madinah. Percetakan ini dibangun di atas lahan seluas 25 hektar pada tahun 1984 M. atau 1405 H. Salah satu tujuan dibangunnya adalah untuk menjaga kemurnian Kitab Suci Al-Qur'an. />
Dengan pekerja berjumlah 1.700 orang, setiap tahunnya, percetakan mampu mencetak 10 juta Al-Qur'an dalam bentuk cetakan, CD, dan kaset. Dari berdiri hingga sekarang, jumlah kitab suci ini bila ditumpuk kira-kira mencapai 250 ribu meter kubik.

Selain mencetak Al-Qur'an, lembaga ini juga mengatur distribusi Al-Qur'an di seluruh dunia, termasuk membagikannya ke masjid-masjid ataupun lembaga pendidikan.

"Yang sudah dicetak dan dibagikan kepada jamaah ada 30 juta Alquran," kata Direktur Publikasi Kompleks Percetakan al-Qur'an Malik Fahd`Syeikh Sholeh Husaini, Sabtu (27/11).

Mengunjungi Kompleks Percetakaan Mushaf Al-Qur'an Malik Fahd, jamaah akan melihat proses penjilidan Al-Qur'an serta berbagai jenis Kitab Suci umat Islam ini dalam berbagai ukuran dan bahasa. Pabrik ini menyandingkan Al-Qur'an dengan terjemahan ke dalam 50 bahasa, yakni 24 terjemahan bahasa Asia, 12 Eropa dan 14 Afrika.

Selain melihat-lihat proses percetakan, jamaah juga bisa membeli langsung Al-Qur'an di sini. Kitab suci produksi percetakan ini ada tulisan dalam bahasa Arab yang berbunyi "Mushaf Al-Madinah al-Munawaroh" serta berstempel khusus.

Anom Suryonindito, jamaah dari Jakarta memborong 18 Al-Qur'an di percetakan yang dibangun Raja Fahd ini. Al-Qur'an tersebut akan dibagi-bagikan kepada kerabat ataupun sahabat dekat.

"Ini buat oleh-oleh. Terjemahannya atau tafsirnya mungkin sedikit beda dengan Al-Qur'an yang di Indonesia. Katanya terjemahan di Indonesia itu dibuat tahun 70-an," jelas Anom.

Alasan lainnya, Anom ingin memberikan hadiah yang membawa berkah untuk keluarga atau sahabat yang belum pernah ke tanah suci. "Kalau makanan kan bisa habis, kalau Al-Qur'an kan tidak dan lebih berkah dan dapat pahala," kata Anom.

Sementara jamaah asal Surabaya, Ratu Sri Hastutie, yang juga membeli Al-Qur'an di percetakan Madinah ini mengagumi tulisan dan cetakan kitab mulia tersebut. "Pastinya menyenangkan membaca Al-Qur'an yang cetakannya begini indah, saya ingin sumbangkan untuk anak yatim," jelas Ratu.

Sayangnya jamaah perempuan tidak diperbolehkan masuk ke kompleks penjilidan Al-Qur'an. Perempuan hanya boleh masuk ke tempat show room dan penjualan Al-Qur'an. Saat ditanyakan mengapa perempuan tidak boleh masuk, si petugas hanya menjawab mungkin tahun depan sudah diperbolehkan.(min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)