Warta

Mendiknas Minta Maarif NU Dukung Program Pemberantasan Buta Huruf

Ahad, 3 September 2006 | 14:55 WIB

Jakarta, NU Online
Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo meminta agar Maarif NU membantu program pemerintah untuk memberantas buta huruf. bersama dengan elemen-elemen masyarakat lainnya seperti beberapa organisasi perempuan termasuk Muslimat NU yang telah menandatangani MoU dalam bidang ini.

"Pemerintah mengajak organisasi-organisai ini dengan menyediakan dana yang sekaligus dapat digunakan untuk berdakwah kepada masyarakat di akar rumput," tandasnya dalam acara rakernas Maarif NU, (1/09).

<>

Dikatakannya bahwa daerah yang paling tinggi tingkat illiterasi atau penduduk yang buta huruf adalah Jawa Timur, diikuti oleh Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten. sementara itu buta huruf untuk jenis kelamin perempuan jumlahnya dua kali lipat dari laki-laki.

Menariknya, banyak diantara orang yang buta huruf tersebut bisa dikatakan hanya setengah buta huruf karena mereka banyak yang bisa membaca Al Qur'an. Besarnya tingkat melek huruf merupakan salah satu indikator dari kemajuan suatu bangsa. "Pemberantas buta huruf merupakan cara yang paling cepat untuk meningkatkan Human Developement Index (HDI) dengan biaya murah," tuturnya.

Program Wajib Belajar 9 Tahun

Setealah sukes dengan program belajar selama 6 tahun, upaya untuk mensukseskan wajib belajar selama 9 tahun juga ditekankan oleh Mendiknas. Untuk itu pemerintah telah mengupayakan sejumlah dana yang dapat digunakan untuk guna mensukseskan program ini. "Bankan di sejumlah daerah, telah dibuat perda wajib belajar 12 tahun seperti di Jogjakarta, mereka kini sudah bisa menikmati hasilnya dengan tingkat pendidikan masyarakat yang tinggi," tandasnya.

Konsekuensi dari adanya program belajar 9 tahun ini adalah dibutuhkannya sekolah-sekolah setingkat SMP atau Madrasah Tsanawiyah baru sehingga Mantan Menkeu tersebut menyarankan agar jika ingin membuka sekolah baru, lebih baik sekolah tingkat menengah ini karena untuk sekolah SD/MI sudah mengalami kejenuhan.

Selanjutnya pemerintah juga akan melakukan perubahan komposisi antara SMU dan SMK. saat ini komposisinya 70 % dan 30  %. Namun dimasa yang akan datang, komposisi ini diharapkan bisa berubah 30% untuk SMU dan 70 % untuk SMK. "Makanya kalau Maarif NU mau bikin sekolah baru, bikin saja SMK," tambahnya.

Hal ini sejalan dengan rencana strategis LP Maarif NU yang akan berupaya untuk membikin 36 SMK berbasis pesantren dalam kurun waktu 10 tahun mendatang. Maarif NU juga telah menggalan kerjasama dengan sebuah funding asal Jerman untuk peningkatan kualitas guru-guru SMK di Aceh.

Mendiknas juga berharap agar sekolah-sekolah Islam, dapat berpartisipasi dalam berbagai macam olimpiade di tingkat internasional. Sejauh ini, meskipun Indonesia telah berhasil menggondol sejumlah medali emas yang membanggakan bangsa dan negara, namun peran sekolah-sekolah Islam masih kurang menonjol. Dalam olimpiade Fisika yang diselenggarakan di Singapura lalu, hanya terdapat satu sekolah Islam dari Sulawesi Selatan yang berhasil mengirimkan wakilnya dan mendapatkan medali perak.(mkf)