Warta

Merekam Jejak Relawan Ansor pada Erupsi Merapi, Melalui Buku

Rab, 23 Maret 2011 | 10:13 WIB

Magelang, NU Online
Mereka adalah orang-orang yang gigih dan tanpa pamrih melakukan aksi kemanusiaan di saat bencana erupsi Gunung Merapi hingga banjir lahar dingin melanda Magelang. Ya mereka itu adalah para relawan yang bekerja siang malam untuk meringankan beban masyarakat yang terkena bencana.

Saat erupsi 2011, relawan yang datang ke Magelang tak hanya dari berbagai daerah di Indonesia tapi juga luar negeri. Melalui berbagai organisasi, LSM dan lembaga donor. Posko Merapi Bersama GP Ansor bermaksud merekam jejak para relawan itu dengan membuat sebuah buku.<>

Sebagai langkah awal digelarnya sekolah kepenulisan (SK)  difasilitatori Esakata Institute, diikuti para relawan yang berasal dari badan otonom di bawah oraganisasi keagaman Nahdlatul Ulama sepeti, IPNU-IPPNU, GP Ansor, Banser. Dan organisasi berbasis NU Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Para relawan itu mencoba menulis kembali kesaksian mereka, menceritakan apa yang dialami dan dilihat langsung ketika erupsi dan banjir lahar dingin. Bagaimana kondisi masyarakat menghadapi bencana, mulai soal evakuasi, distribusi bantuan hingga recovery.

“Para relawan memiliki cerita tersendiri dalam masa tanggap bencana dan recovery. Kesaksian mereka akan menjadi pembelajaran yang abadi ketika dicetak menjadi sebuah buku,” kata penanggunjawab Posko Merapi Bersama GP Ansor, Ahmad Majidun.

Menurutnya, para relawan akan menuliskan pengalamannya sendiri-sendiri. Dari puluhan relawan itu jika tulisannya dikumpulkan sudah menjadi beberapa bab. Subjektivitas para relawan dalam menulis justru akan menjadi sesuatu yang menarik dalam buku itu.

Pengalaman mereka, lanjut dia, akan menginspirasi banyak orang, termasuk juga kekuatan masyarakat lereng Merapi segera bangkit setelah bencana tersebut. Membukukan bencana dan relawan tentu sangat berharga bagi generasi mendatang.

“Erupsi Gunung Merapi pasti datang secara periodik, sepuluh tahun mendaang bahkan satu abad rekaman dalam buku ini akan memberikan manfaat,” tambahnya.

Salah seorang relawan Harun, mengatakan tidak menyangka jika langkah sederhana mereka dengan menulis ulang cerita-cerita itu akan menjadi sebuah bagian dari buku. Dia semakin bersemangat karena nama penulis dicantumkan langsung di atas cerita yang dibuatnya.

Dia mengaku, menulis kreatif tak sesulit yang dibayangkan karena setiap orang bebas merangkai kata. Dengan cara-cara sederhana yang disampaikan materi berlatih menulis itu seperti menulis status di jejaring sosial facebook.

“Kami mengungkapknya dengan bahasa yang biasa-biasa saja. Tapi nilai cerita ini saya harap akan memberikan manfaat bagi orang lain,” ujar aktivis IPNU ini.

Dari rangkaian cerita-cerita para relawan itu akan memberikan hikmah bagi para pembacanya. Kejujuran dalam bercerita para relawan menjadi keunggulan dalam buku tersebut. Setidaknya ini juga menanamkan budaya dokumentasi yang baik bagi para kader muda NU. (sha)