Warta

NU Masih Kekurangan Penerbit

NU Online  ·  Ahad, 11 September 2011 | 05:24 WIB

Surabaya, NU Online
Kurangnya buku-buku bernafas NU di toko-toko buku terkemuka dikarenakan banyak sebab. Selain karena faktor dana dan jaringan, faktor lain yang turut mempengaruhi adalah kurangnya jumlah penerbit NU.

Sebagaimana di ketahui, jumlah penerbit yang serius menggarap buku-buku berfaham NU saat ini masih bisa dihitung dengan jari. “Penerbit yang khusus menerbitkan buku-buku NU masih sangat kecil jumlahnya,” kata A Makruf Asrori, Wakil Ketua LTN PBNU, kepada NU Online di Kantor PWNU Jawa Timur pada Sabtu (10/9) sore.
<>
Penerbit-penerbit besar yang sejak lama dikenal sebagai penerbit NU, belakangan kurang terlihat produktivitasnya lagi. Setidaknya  bila dibanding pada masa-masa lalu. PT Al-Ma’arif Bandung dan Menara Kudus adalah contoh paling kentara. Dulu, kedua penerbit itu akrab di hati para tokoh NU dan warga nahdliyin. Banyak buku penting karya kiai dan tokoh NU diterbitkan kedua penerbit tersebut. Namun dalam waktu yang cukup lama hal itu tidak tampak dilakukan lagi.

Di bagian lain, penerbit-penerbit buku beraliran wahabi semakin banyak berdiri dan buku mereka bagus-bagus. Jumlah mereka nyaris sulit dihitung. Karena jumlah mereka banyak dan dana yang dimiliki juga cukup, buku-buku keislaman di Indonesia  banyak didominasi oleh mereka. Mulai dari cara shalat, ketuhanan, akhlak, dlsb.

Sekadar contoh, dalam buku Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi karya Syaikh Idahram, jumlah penerbit wahabi di Indonesia sebanyak 54 buah. Itu baru yang teridentifikasi. “Yang belum terdata masih ada,” kata Makruf.

Alumnus IAIN Sunan Ampel itu mencontohkan La Tasyuk! Press di Surabaya. Penerbit yang memiliki spesialisasi menyerang amaliah orang-orang NU dan para habib itu belum masuk hitungan yang 54. Padahal jumlah buku yang disebar oleh penerbit yang bangga dengan julukan ‘mantan kiai NU’ H Mahrus Ali tu tidaklah sedikit. 

Untuk mengimbangi ketimpangan jumlah penerbit NU dan wahabi itu, menurut Makruf, NU telah memiliki potensi yang cukup besar. Sebab saat ini sudah banyak pondok pesantren yang menerbitkan buku, baik karya pengasuh ataupun santri. Begitu pula para kiai dan intelektual NU telah banyak yang memiliki kemampuan menulis. Bahkan tulisan mereka bagus-bagus. Hanya saja, biasanya lemah di bagian pemasaran, sehingga penerbitan tidak bisa menjadi besar.

Makruf mendambakan, seandainya pondok-pondok pesantren dan penerbit-penerbit kecil di NU yang jumlahnya banyak itu digarap serius dan bangkit bersama, tentu hal itu merupakan lompatan yang luar biasa. Toko buku-toko buku di seluruh Indonesia akan dipenuhi dengan buku-buku NU. “Alangkah indahnya kalau itu sampai terjadi,” kata Makruf, yang juga direktur Penerbit Khalista.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: M Subhan