Warta

NU Rumuskan Modul Penanggulangan Bencana

Rab, 20 Desember 2006 | 11:37 WIB

Jakarta, NU Online
Di masa yang akan datang, Nahdlatul Ulama (NU) tak akan kewalahan lagi jika terjadi bencana alam. Karena, nantinya, organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Tanah Air ini akan memiliki sebuah modul tentang cara-cara efektif penanggulangan bencana alam berikut perangkat-perangkatnya.

Modul itu saat ini sedang dalam proses perumusan oleh Community Based Disaster Risk Management (CBDRM) NU melalui forum Roundtable Discussion Modul; “Pesantren Based Disaster Risk Management Nahdlatul Ulama” yang digelar di Hotel Gren Alia, Cikini, Jakarta, 20-23 Desember mendatang.

<>

Forum yang dibuka langsung oleh Ketua Pengurus Besar NU Andi Jamaro Dulung itu nantinya akan membuat modul penanggulangan bencana berbasis pesantren. Sejumlah pakar penanggulangan bencana dari berbagai lembaga bersama-sama CBDRM NU akan membuat modul versi NU tersebut.

Project Manager CBDRM NU Avianto Muhtadi, kepada NU Online mengatakan, modul yang akan dirumuskan nanti bersifat penanggulangan sebelum terjadinya bencana alam itu sendiri. Menurutnya, hal itu penting guna mengurangi jumlah korban dalam suatu bencana.

“Bukan dalam pengertian tanggap darurat, rehabilitasi atau rekonstruksi. Tapi penanggulangan bencana sebelum terjadi bencana. Langkah antisipatif jika suatu saat terjadi bencana. Ini penting untuk mengurangi jumlah korban jika ada bencana,” terang Avin, begitu panggilan akrabnya.

Di tempat yang sama, Ketua PBNU Andi Jamaro Dulung menyambut baik kegiatan tersebut. Diakuinya, hingga saat ini, NU belum memiliki ilmu dan pengalaman tentang penanggulangan bencana alam. “Kita ini  belum memiliki banyak referensi, ilmu dan pengalaman dalam hal penanggulangan bencana alam,” katanya.

Akibatnya, lanjut Andi—demikian ia akrab disapa, jika terjadi bencana alam, NU tidak mampu berbuat banyak. Gelombang pasang tsunami yang menghantam Aceh 2004 silam serta sejumlah bencana alam yang menyusul kemudian, menurutnya, cukup menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi NU.

“Lima hari pasca-tsunami, kami (tim relawan NU) ke Aceh. Sampai di sana kami bingung. Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Persiapan-persiapan yang kami bawa dari Jakarta, ternyata tidak banyak dibutuhkan di sana. Ini pelajaran bagi NU agar bisa lebih siap jika suatu saat dibutuhkan,” terang Andi. (rif)