Pasar Halal di Indonesia, China dan India Tumbuh 7 Persen
NU Online · Selasa, 8 Mei 2007 | 08:31 WIB
Kuala Lumpur, NU Online
Pasar produk halal di negara-negara besar di Asia, seperti Indonesia, Cina, Pakistan dan India rata-rata tumbuh sekitar tujuh persen per tahun dan diperkirakan mencapai dua kali lipat dalam 10 tahun ke depan, kata Direktur Global Food Research and Advisory Sdn Bhd Irfan Sungkar di Kuala Lumpur, Selasa.
"Pertumbuhan permintaan pasar di negara besar Asia ini terus meningkat karena perekonomian negara-negara itu juga meningkat sehingga daya beli juga kian meningkat. Potensi permintaan pasar sangat kuat," kata Irfan dalam Forum Halal Dunia 2007.
<>Menurut dia, untuk Indonesia sendiri diperkirakan akan terjadi penambahan permintaan produk makanan daging halal mencapai 1,3 juta metrik ton setahunnya. Sedangkan negara Asia lainnya bisa mencapai dua juta metrik ton setahunnya.
Namun demikian, katanya, jenis produk makanan halal di negara-negara Asia yang termasuk kategori "tradeable food" (makanan dalam bentuk kemasan tahan lama) masih sedikit, akibat konsumsi masyarakat masih tergantung pada makanan segar (fresh food).
"Bila produk makanan halal semakin banyak jenis yang diperdagangkan, potensinya tinggi. Selain daya beli, tingkat kesadaran makanan halal sudah tinggi," kata Irfan yang juga anggota Asosiasi Manajemen Agribisnis Internasional yang berpusat di AS.
Sementara itu di Uni Eropa, meski jumlah penduduk Muslimnya minoritas dan jumlahnya sedikit, katanya, pertumbuhannya besar karena daya beli yang tinggi, seperti di Perancis dan Belanda.
Ia mencontohkan, Muslim di Perancis membelanjakan 30 persen penghasilannya untuk makanan halal. Kuantitas konsumsi makanan daging sekitar 400 ribu metrik ton setahunnya. Sedangkan di Belanda, makanan halal tidak hanya dikonsumsi Muslim, tetapi juga non Muslim, sehingga total permintaan pasar halal mampu mencapai 2,8 miliar dolar per tahun.
"Namun sayangnya masih terjadi miskonsepsi tentang halal di Uni Eropa ini. Pernah promosi halal disamakan dengan Islamisasi Eropa dan sejenisnya. Namun setelah dijelaskan secara sains tentang prosedur halal, baru mereka mengerti," katanya.
Di kawasan Amerika Utara, Australia dan Selandia Baru, pemahaman pemerintah negara setempat terhadap konsep halal lebih baik dari Uni Eropa. Bahkan di beberapa negara bagian AS terdapat regulasi makanan halal.
"Usaha promosi makanan halal di AS cukup berhasil karena ada upaya bersama negara-negara Islam dalam Organisasi Konperensi Islam (OKI) daripada sendiri-sendiri," katanya.
Sedangkan di Australia dan Selandia Baru berhasil memanfaatkan pemahamannya tentang makanan halal itu dengan menjadi pengekspor terbesar daging sapi, kambing, dan domba ke negara-negara Muslim. Â
Forum Halal Dunia 2007 yang berlangsung dua hari pada 7-8 Mei diikuti sekitar 889 delegasi dari kalangan pemerintah dan lembaga non-pemerintah dari 38 negara, baik negara Muslim atau non Muslim. (ant/suh)
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua