Warta

PBNU-PBB Kembali Kerja Sama Atasi Bencana

NU Online  ·  Rabu, 2 April 2008 | 08:13 WIB

Jakarta, NU Online
Komitmen PBNU untuk membantu mengatasi bencana yang terjadi di Indonesia terus ditingkatkan. Kerja sama yang dilakukan dengan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Urusan Kemanusiaan (United Nation Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/UNOCHA) kembali dilanjutkan.

Kerjasama sebelumnya yang sudah digalang adalah membantu para korban banjir yang terjadi di Jakarta pada tahun 2007 lalu. Kini, fokus yang digarap adalah peningkatan pemahaman masyarakat terhadap resiko bencana.<>

Avianto Muhtadi dari Community Based Disaster Risk Management Nahdlatul Ulama (CBDRMNU), yang menangani program ini menuturkan bahwa sasaran utama adalah para dai dan khatib yang diharapkan dapat menyebarluaskan pengetahuan mereka tentang kebencanaan.

“Dai dan khatib merupakan penggerak masyarakat yang sangat efektif melalui masjid dan mejelis taklim. Eksistensi mereka masih mendapat kepercayaan masyarakat dan nasehatnya menjadi sandaran untuk melakukan perubahan,” katanya, Rabu (2/4).

Dikatakannya, keterlibatan masyarakat dalam menangani bencana sangat penting karena mampu memberikan penguatan terhadap kerentanan ketika bencana terjadi. Apalagi ketika koordinasi pemerintah berbelit-belit sehingga saat terjadi bencana, sikap tanggap, kecepatan dan efisiensi tidak terjadi.

“Ada anggapan urusan bencana adalah urusan pemerintah sehingga keterlibatan masyarakat minim sehingga risiko terjadinya korban jiwa dan material menjadi sangat besar,” tandasnya.

Untuk program ini, ditargetkan bisa mencover 540 orang. 90 orang merupakan dai dan khatib yang mengikuti Training of Trainer sedangkan 450 orang lainnya adalah mereka yang menjadi sasaran sosialisasi para alumni ToT.

“Berbagai institusi seperti masyarakat umum, sekolah, perguruan tinggi, pesantren, LSM dan lainnya kami harapkan juga tercakup dalam disseminasi penyebaran informasi ini,” ujarnya.

Mengenai asal dari dan khotib yang dilatih, Avianto menjelaskan mereka akan diambil dari Pacitan, Cilacap dan Pandeglang dengan melihat jumlah terjadinya bencana, besarnya potensi ancaman dan jumlah kerentanan yang dimiliki masyarakat di daerah tersebut.

Kabupaten Pacitan merupakan daerah dengan ancaman banjir banding dan bencana longsor. Bencana longsor akhir Desember 2007 lalu telah merusak 292 rumah. Kabupaten Cilacap selama ini sangat rawan akan gempa bumi dan tsunami. Gelombang tsunami tahun 2006 lalu telah banyak menewaskan masyarakat di Cilacap. Sementara itu kab. Pandeglang juga rawan terjadinya gempa bumi, longsor dan banjir akibat luapan sungai Ciliman dan Cilemer.

Untuk memudahkan informasi, tim yang terdiri dari 30 orang ulama akan membuat buku penanggulangan bencana berbasis masyarakat dalam perspektif Islam. Selain itu juga akan dibuat buku panduan dengan pembahasan yang sederhana yang menjabarkan langkah-langkah pengelolaan bencana serta meteri khutbah dan ceramah kebencanaan. (mkf)