Warta

PBNU: RMS-OPM Sama Berbahayanya dengan Ideologi Transnasional

Sel, 5 Juni 2007 | 08:14 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menegaskan, gerakan politik seperti Republik Maluku Selatan (RMS), Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan lain-lain, sama berbahayanya dengan organisasi apapun yang berbasis Ideologi Transnasional (antar-negara).

Semuanya, menurut Hasyim, sama-sama berupaya mengubah dasar negara Pancasila dan mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). ā€œBedanya, OPM dan RMS itu dipersenjatai. Sementara yang lain tidak punya atau belum dipersenjatai,ā€ ujarnya kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (5/6)

<>

Letak persamaan lainnya, jelas Hasyim, semua gerakan politik tersebut dikendalikan oleh kekuatan luar atau pihak asing yang terpisah dari sistem politik, sosial dan budaya setempat. Dengan demikian, program-program politik yang diperjuangkan pun kerap tidak sesuai dengan keinginan sebagian besar rakyat Indonesia.

Ia mencontohkan organisasi politik dengan jaringan internasional, seperti Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Al-Qaeda, Jaulah, Baliyah, Ahmadiyah dan sebagainya. Mereka, katanya, lahir dan besar dari situasi sosial, politik dan budaya yang sama sekali berbeda dengan di Indonesia.

Sementara, lanjutnya, di negara asalnya pun, organisasi dan gerakan politik itu saling bertentangan. ā€œNah, apa jadinya kalau kita meng-agen-i gerakan mereka yang di negaranya sendiri konflik. Istilahnya, ā€˜pabriknyaā€™ sendiri berantem, apalagi agennya,ā€ tandas Hasyim.

Presiden World Conference on Religions for Peace itu pun menilai, gerakan politik berbasis Idelologi Transnasional tersebut hanya mendidik masyarakat berpolitik, tidak mendidik masyarakat beragama dengan baik dan benar. ā€œSementara, ideologinya pun diimpor dari luar,ā€ pungkasnya.

Anehnya, ujar Hasyim, keberadaan organisasi kemasyarakatan Islam yang asli dan domestik Indonesia, seperti NU dan Muhammadiyah, dianggap tidak memperjuangkan Islam, bahkan dinilai berpihak pada kepentingan Barat.

Hasyim mengakui kerap mendapat protes dari kalangan Islam garis keras. ā€œNU yang dianggap membela Iran yang Syiah-lah, dianggap melawan Amerika Serikat-lah, tapi kita (kelompok Islam garis keras, Red) kok dihalang-halangi,ā€ ungkapnya menirukan suara-suara protes tersebut. (rif)