Warta

Pelajar NU Harus Melek Media

Sen, 22 Januari 2007 | 12:21 WIB

Sleman, NU Online 
Maraknya hiburan yang ditayangkan oleh media elektronik baik berupa gosip selebriti hingga tayangan mistik berlatar belakang agama menjadi ancaman tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Para pelajar (remaja) selama ini menjadi sasaran empuk kepentingan pasar media televisi itu.

Hal tersebut menjadi pembahasan penting dalam acara sarasehan yang di gelar oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU-IPPNU Turi, Sleman, Yogyakarta, Ahad (21/1) kemarin. Sarasehan ini merupakan kegiatan rutinan satu semester yang selama ini telah berjalan di PAC IPNU-IPPNU Turi. Kegiatan ini bertempat di Balai Desa Wonokerto, Turi, Sleman, dihadiri tidak kurang dari 120 peserta yang sebagain besar para siswa SMA.

<>

Kekurang hati-hatian kontrol dari dari lembaga sensor atau komite penyiaran dalam membuat sejumlah tayangan di media televisi sempat menuai kritiik dari kalangan masyarakat karena tidak memiliki nilai edukasi, malah justru sebaliknya menjadi bencana. Banyaknya korban smack down, gaya hidup yang hedonis dan konsumeris merupakan bukti nilai-nilai negatif media telivisi hari ini. 
 
Pilihan tema "Telivisi: Tuntunan ataukan Tontonan" diharapkan menjadi pemicu kesadaran para pelajar untuk memiliki kepekaan dan kehati-hatian dalam memilih hiburan serta bersikap, di tengah gelombang ancaman media yang hanya beroriantasi pasar, terutama mereka yang hanya mementingkan pengembangan modal.
 
"Kita mengajak para generasi muda untuk mampu bersikap kritis terhadap segala informasi dan juga hiburan yang berbasis media, baik cetak maupun elektronik", ungkap Erman Prastyo, ketua PAC Turi kepada NU Online.
 
Sarasehan yang berlangsung setengah hari itu menghadirkan dua pembicara, yakni Muhammad Mustafied, mantan ketua Department Kaderisasi Pengurus Pusat IPNU periode 2003-2006 dan M Supraja, M.Si, Sosiolog Muda Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
 
Dalam kesempatan itu, Mustafied mengungkapakan bahwa banyak dari media yang ada hanya mementingkan pasar, tanpa memperhatikan imbas dari tayangan yang disajikan. Hal ini tak lepas dari logika kepentingan kapitalisme. Di sini media melalui program-progam acara televisi mengajak secara tidak langsung kepada masyarakat untuk semakin konsumtif dengan memborong produk-produk kapitalis. 

Selain kepentingan kapitalis, media juga memainkan peran dalam arus kepentingan politik dan ideologis. Hal yang masih banyak diharapkan dari media adalah bagaimana media tetap konsisten pada kepentingan publik, yakni menyuarakan kepentingan masyarakat. Pada titik ini media harus mampu menjadi ruang yang mencoba membendung kepentingan pasar yang telah berjalan diluar kewenagannya.
 
"Ada dua hal yang dapat dilakukan IPNU dan IPPNU; pertama membuat media tandingan atau paling tidak mencetak kader jurnalis yang didiasporakan dalam berbagai media penting di Indonesia. Kedua, membangun public awareness (kesadaran kritis masyarakat), agar dapat menyaring secara kritis informasi yang ada sekaligus melakukan kontrol," ungkap Mustafied.
 
Sementara itu M Supraja menekankan hal yang sama bahwa para remaja harus mampu secara cermat memilah informasi yang diperlukan dari media. Karena setiap media memiliki kepentingan tersendiri, sesuai dari siapa yang berada di belakangnya. "Ini merupakan langkah awal untuk melek media," tandas Supraja. (ron)