Warta KRISIS MESIR

Pemimpin Agama Dunia Tak Peka Isu Kemanusiaan di Mesir

Jum, 11 Februari 2011 | 08:33 WIB

Jakarta, NU Online
Krisis Mesir menimbulkan ratusan korban tewas dan ribuan korban luka-luka. Komisioner Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa Navi Pillay memperkirakan korban tewas, mencapai 300 orang. Sayangnya laporan tersebut belum dapat dikonfirmasi.

Berapapun jumlah korbannya, sekalipun yang tewas hanya satu orang, masalah ini harus menjadi perhatian serius, terutama para pemimpin agama dunia. Sayangnya, para pemimpin agama dunia yang diharapkan fokus pada isu-isu kemanusiaan dalam tragedi Mesir kurang terdengar suaranya.<>

Sejauh ini, yang banyak memberi perhatian pada masalah Mesir adalah para pemimpin politik seperti Obama, Sarkozy, dan presiden dari berbagai belahan dunia. Pemimpin organisasi agama seperti Paus di Vatikan atau Rabithah Alam Islami atau OKI tak terdengan suaranya.

ā€œKita tak mau ikut urusan politiknya, kok umat agama tak berbicara soal korban yang jumlahnya ratusan. Ini menunjukkan tak adanya sensitifitas,ā€ kata Ketua PBNU H Iqbal Sullam.

Menurutnya, para pemimpin agama tetap perlu terlibat dalam berbagai peristiwa penting di dunia, terutama dalam aspek kemanusiaan dan moralitas.

ā€œPemimpin umat ngak bisa meneng wae (diam saja). Ini soal akhlak dan moral,ā€ tandasnya.

Sebelumnya Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyatakan prihatin krisis yang terjadi di Mesir, dan dikhawatirkan membawa negara Islam itu ke dalam keruntuhan seperti yang dialami Irak.

"Kami, PBNU, sangat prihatin. Kalau Mesir menjadi seperti Irak maka habislah harga diri umat Islam," katanya

Mesir, kata Said Aqil, merupakan salah satu negara yang menjadi pusat pengembangan sekaligus benteng bagi agama dan kebudayaan Islam.

Di negara itu berdiri perguruan tinggi Islam yang terhormat, Al Azhar, serta tempat Organisasi Liga Arab bermaskas. Situs-situs peradaban Islam juga tersebar di dalamnya. "Kalau sampai Mesir `diirakkan` maka hancurlah Islam, Arab, karena Mesir itu saudara tua Arab dan Islam," katanya.

Said Aqil juga menyatakan prihatin terhadap situasi yang nyaris sama yang terjadi di negara Islam lainnya, Yaman dan Sudan. (mkf)