Warta

Peneliti Lesbumi NU Ungkap Sejarah Pasuruan

NU Online  ·  Selasa, 20 Juli 2010 | 05:01 WIB

Bangil, NU Online
Wakil Ketua Lembaga Budayaman dan Seniman Muslim Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU)  yang juga seorang peneilti sejarah banyak mengungkap sejarah Pasuruan. Berdasarkan penelusurannya terungkap, konon Bangil dan Pasuruan adalah dua daerah yang berbeda. Masing-masing daerah itu mempunyai bupati sendiri.

"Pada 1708 sampai 1740, bupati Bangil yakni Ki Tumenggung Puspo Dirjo. Bupati ini adalah putra dari Bupati Gresik Pusponegoro," ujar Agus dalam Dialog Budaya bertema Sejarah dan Tradisi serta Peran Pesantren dalam Pengembangan Budaya Religi dan Meretas Jejak Sejarah Pasuruan yang digelar Pondok Pesantren Wahid Hasyim, akhir pekan lalu.<>

Menurut Agus, kedua wilayah itu digabung menjadi satu saat Belanda melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) masuk ke Indonesia. Alasan penggabungan itu karena, pemberontakan dan angka kriminalitas di Bangil cukup tinggi.

"Penggabungan itu terjadi di tahun 1800-an. Jadi karakter masyarakat Bangil dengan Pasuruan memang berbeda sejak dulu," tandas Agus.

Oleh karena itu, lanjut Agus, masyarakat di Bangil memiliki corak dakwah yang berbeda dengan Pasuruan. Terutama dikarenakan Bangil dikenal sebagai basis masyarakat Arab di daerah tersebut. (min)