Warta

Petani Garam Menjerit, DKP Harapkan Kepedulian Semua Pihak

Sel, 26 Agustus 2008 | 13:21 WIB

Bogor, NU Online
Dalam beberapa tahun terakhir, para petani garam di Indonesia semakin mengalami kesulitan untuk melangsungkan usaha maupun menyambung hidup. Tingginya ongkos produksi dan rendahnya harga garam di pasaran adalah pemicunya.
 
Kepala Sub Direktorat Usaha Mikro, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) RI, Amma Yunus, mengatakan, persoalan yang tengah dihadapi dunia pergaraman cukup sulit dan kompleks.<>

“Kami terus melakukan berbagai upaya untuk membantu nasib para petani garam kita. Namun, karena persoalan yang dihadapi dunia pergaraman cukup sulit, berbagai upaya yang dilakukan belum banyak membuahkan hasil yang diharapkan,” katanya.

Amma mengungkapkan hal itu saat membuka “Pelatihan Manajemen dan Teknis dalam Rangka Fasilitasi Pendampingan Petambak Garam Rakyat” yang diselenggarakan DKP dan AKS Consultans di Hotel Permata, Bogor, Jawa Barat, Selasa (26/8).

Karenanya, lanjut Amma, melemparkan tanggung jawab hanya kepada DKP, tidaklah tepat. Semua pihak, pemerintah, lembaga legislatif, swasta, ulama, ormas, akademisi, asosiasi petani garam hingga media massa, memiliki peran yang besar untuk bersama-sama membantu persoalan sulit yang tengah dihadapi para petambak garam rakyat.

Menurut Amma, ada beberapa kendala yang tengah dihadapi dunia pergaraman nasional yang dikembangkan petambak rakyat. Antara lain rendahnya kualitas, lemahnya akses pasar, dan kapasitas produksi yang belum mampu mencukupi kebutuhan nasional.

“Dalam setahun, kebutuhan garam nasional mencapai 2,3 juta ton. Namun, kemampuan produksi kita hanya 1 juta ton. Hal ini membuat kita terpaksa melakukan impor,” terang Amma.

Dalam catatan DKP, saar ini di Indonesia terdapat enam provinsi yang menjadi lumbung garam nasional, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

Jumlah petani garam di enam provinsi tersebut mencapai ratusan ribu orang, yang umumnya menggantungkan hidup hanya dari usaha pergaraman.

Guna mengatasi kesulitan yang dihadapi dunia pergaraman nasional, DKP membuat sejumlah terobosan program untuk meningkatkan kapasitas petani melalui pemberian kredit, pelatihan manajemen, penguatan jaringan usaha hingga diversifikasi usaha.

“Kami terus berupaya membantu membangkitkan usaha garam rakyat. Di beberapa daerah yang ongkos produksinya sangat mahal seperti di Aceh, kami Bantu diversifikasi usaha. Karena kalau hanya menggantungkan usaha dari tambak garam akan kesulitan hidup,” papar Amma. (hir)